Upaya Bersama Pulihkan Pariwisata Indonesia

Upaya Bersama Pulihkan Pariwisata Indonesia
Wisatawan menikmati wisata Bukit Amelia, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Minggu (13/6/2021). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.

Jakarta – Pandemi COVID-19 belum berakhir seiring muncul varian baru omicron di Indonesia. Industri pariwisata masih optimistis bisa kembali menggeliat dan mulai pulih tahun 2022.

Dunia pariwisata adalah salah satu yang terseok-seok akibat pandemi COVID-19 yang telah berlangsung selama dua tahun terakhir.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah memberi insentif serta anggaran Rp4,55 triliun demi menunjang sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Anggaran dan insentif itu diberikan demi mendorong aktivitas pariwisata yang dilakukan salah satunya lewat gelaran internasional di Tanah Air. Contohnya, Superbike Mandalika International Circuit dan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.

Baca juga: Uji Coba Travel Bubble, Buralimar: Kita Optimis, 2022 Gairah Pariwisata Berangsur Normal

Airlangga mengatakan, proses untuk memulihkannya tak bisa instan. Perlu tahapan-tahapan untuk melewati tantangan, seperti konsistensi penerapan standard di sektor kesehatan, keamanan, keberlanjutan lingkungan di seluruh masyarakat.

Kata kunci yang terus digaungkan untuk membangkitkan ekonomi dari pandemi COVID-19, termasuk pariwisata, adalah kolaborasi serta koordinasi antar lembaga.

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia optimistis industri pariwisata dapat mulai menggeliat pada kuartal kedua tahun 2022 setelah kasus omicron diperkirakan menurun di Indonesia dan situasi kembali lebih kondusif.

Orang-orang yang sudah terbiasa dengan kenormalan baru serta upaya untuk belajar dari negara-negara lain yang sudah mulai “berdamai” dengan virus ini bisa membantu pemulihan pariwisata.

Indonesia mulai “pemanasan” dengan proyek percontohan layanan penerbangan internasional perdana ke Bali bagi pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) yang telah efektif pada 4 Februari 2022.

Proyek ini dilakukan secara hati-hati dan penuh kewaspadaan karena beriringan dengan peningkatan kasus COVID-19 varian omicron. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menginisiasi program warm up vacation sebagai model karantina yang lebih inovatif dengan sistem bubble, aktivitas karantina pelancong tak sebatas di dalam kamar, tapi di area yang didedikasikan untuk bubble.

Baca juga: Ini Aturan ‘Travel Bubble’ Event MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika

Sembari menunggu situasi kembali pulih, para pelaku pariwisata diajak untuk tidak berpangku tangan. Mulai dari hotel hingga restoran diminta untuk berbenah serta menjaga kualitas produk serta layanan demi menjaga kepercayaan pelancong dari dalam maupun luar negeri.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, menjaga kualitas layanan hotel dan restoran penting karena pertumbuhan industri pariwisata turut mempengaruhi usaha-usaha lain di sekitarnya.

Pariwisata massal, yang didatangi oleh turis-turis dalam jumlah banyak, adalah contoh bagaimana pariwisata memberikan dampak besar terhadap lingkungan sekitar.

Bukan cuma pengelola tempat wisata yang kebagian untung, ada juga pihak-pihak yang kecipratan rezeki seperti pedagang warung, penjaja suvenir hingga tukang parkir.

Menjaga kualitas layanan dan kepercayaan pengunjung bisa dimulai dari menerapkan standard kebersihan dan kesehatan sehingga bisa mendapatkan sertifikasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability) dari pemerintah.