Warga Terinfeksi Bakteri Leptospira di Pacitan Jumlahnya Meningkat Signifikan

Kegiatan sosialisasi penanggulangan bakteri leptospira dari tikus oleh Dinkes Pacitan. (Foto:Istimewa)

PACITAN – Jumlah penderita Leptospirosis yang disebabkan bakteri Leptospira dari kencing tikusterus mengalami kenaikan signifikan di Pacitan, Jawa Timur.

Secara akumulatif terhitung mulai pertengahan Bulan Februari hingga awal Bulan Maret 2023, totalnya hampir mencapai 500 jiwa tercatat suspect.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, dr Daru Mustikoaji menjelaskan, pasien yang dinyatakan positif sebanyak 114 orang dan jumlah itu tersebar di 12 puskesmas.

Dinkes Pacitan mencatat kasus tinggi penderita leptospirosis di 7 puskesmas di antaranya Puskesmas Sudimoro, Puskesmas Ngadirojo, Puskesmas Kebonagung, Puskesmas Tulakan, Puskesmas Arjosari, Puskesmas Tegalombo serta Puskesmas Pakis Baru Nawangan.

“Jumlah angka penderita cenderung meningkat. Perhari rata-rata 5 sampai 10 orang datang dengan keluhan atau gejala terinfeksi bakteri leptospira,” jelas dr Daru Mustikoaji, Jumat (3/3).

Menurut Daru, alasan belum ditetapkannya kasus leptospirosis sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) hingga saat ini, karena per Februari 2023 ini kasusnya belum melampaui atau belum ada peningkatan 100 persen.

Baca juga: Ratusan Warga Pacitan Terinfeksi Bakteri Leptospira, 6 Meninggal

Jika angka kasus kian merebak bahkan mewabah, maka status KLB bisa segera ditetapkan. Namun saat ini, upaya preventif pencegahan guna menekan angka kasus penyebaran bakteri leptospira masih belum sepenuhnya berjalan.

Bahkan dari jumlah korban yang dinyatakan meninggal dunia akibat terinfeksi bakteri Leptospira dari kencing tikus tersbut sudah mencapai 6 orang.

Menyikapi kondisi itu, warga Pacitan bersama TNI/Polri serta relawan akan melakukan penangkapan tikus secara serentak dan menggunakan trap di Kecamatan Nawangan sebanyak 50 buah.

Tikus yang tertangkap bakal dilakukan identifikasi dan pengambilan ginjal untuk diperiksa di laboratorium dengan metode PCR, guna mengetahui adanya bakteri leptospira.

Disamping itu, pengendalian rodent secara mandiri petugas puskesmas setempat biasa menggunakan metode on the job training, trapping, identifikasi, dan bedah tikus.

Leptospirosis sempat menjadi penyakit yang mengemuka, dan kemunculannya cukup menggemparkan pada awal tahun 2017 lalu. Dari 34 penderita, tercatat 7 pasien dinyatakan meninggal saat dirawat di RSUD dr Darsono Pacitan.

Bakteri leptospira sudah merambah, dan luasan penyebarannya di 12 Kecamatan. Namun tertinggi berada di 7 kecamatan.

Baca juga: Warga Kamboja Meninggal Terinfeksi Flu Burung Clade, Kemenkes Perketat Pintu Masuk