JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi mengumumkan, bahwa wabah cacar monyet atau monkeypox saat ini bukan lagi darurat kesehatan global.
“Kemarin, komite darurat untuk mpox (monkeypox) bertemu dan merekomendasikan kepada saya bahwa wabah multi-negara mpox tidak lagi mewakili darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Saya menerima saran tersebut dan dengan senang menyatakan bahwa mpox bukan lagi darurat kesehatan global,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Kamis (11/5).
Meski WHO telah mencabut status darurat, Tedros mengingatkan, bahwa cacar monyet tetap akan menjadi perhatian pihaknya. Lantaran terus menimbulkan tantangan kesehatan masyarakat secara signifikan.
“Seperti halnya Covid-19. Dengan pencabutan ini bukan berarti pekerjaan sudah selesai. Mpox terus menimbulkan tantangan kesehatan masyarakat yang signifikan, dan membutuhkan respons yang kuat, proaktif, dan berkelanjutan,” ujar dia seperti dikutip CNN.
Tedros pun mendesak negara-negara di dunia untuk mempertahankan kapasitas pengujian atau testing dan kemampuan untuk menanggapi wabah di masa depan dengan sigap.
WHO pada Juli 2022 menyatakan, cacar monyet sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Status tersebut diterapkan di sejumlah negara salah satunya New York, Amerika Serikat.
Kemudian selama Januari 2022 hingga April 2023, lebih dari 87 ribu kasus cacar monyet dilaporkan di 111 negara atau wilayah. Di Amerika, kasus ini mencapai lebih dari 30 ribu kasus dalam rentang tersebut.
Meski begitu, secara global kasus cacar monyet telah menurun selama berbulan-bulan terutama setelah masyarakat sadar pentingnya vaksinasi.
Tedros mencatat penurunan itu mencapai 90 persen selama tiga bulan terakhir, jika dibandingkan dengan 90 hari sebelumnya.
Baca juga: Masyarakat Kepri Diimbau Tetap Waspada Meski WHO Cabut Status Darurat Covid-19
Wakil ketua komite darurat Peraturan Kesehatan Internasional tentang mpox, Nicola Low mengatakan, bahwa meski jumlah kasus turun, tetapi penularan terus terjadi.
“Jadi ada ketidakpastian yang dapat dimengerti mengenai kemungkinan munculnya infeksi yang besar. Ada juga kesenjangan dalam pengetahuan, yang kami akui termasuk soal cara penularan di beberapa negara, mengenai efektivitas vaksin, dan kurangnya tindakan pencegahan yang efektif terutama di negara-negara Afrika di mana penularan dan kasus mpox terus terjadi,” kata Nicola Law.
Cacar monyet sendiri adalah saudara dari virus cacar yang pertama kali ditemukan pada 1970 di Republik Demokratik Kongo.
Kemudian, cacar monyet bermunculan hingga menyebar ke seluruh Afrika Tengah dan Barat serta menjadi penyakit endemik.
Belakangan, kasus cacar monyet ramai ditemukan di negara non-endemik. Kasus pertama ditemukan di Inggris pada Mei 2022, yang kemudian menjalar ke berbagai negara non-endemik.
Wabah ini kebanyakan menginfeksi kelompok gay dan biseksual. Virus ini juga dapat menular melalui kontak erat seperti terkena cairan tubuh, luka, atau droplet.
Selain itu, menggunakan barang yang sama seperti pakaian dan tempat tidur juga berpotensi terpapar.
Tedros lalu mewanti-wanti bahwa meskipun status darurat kesehatan global cacar monyet sudah dicabut, penyakit tersebut kemungkinan masih bisa kembali merebak.
Baca juga: RSUD RAT Punya Cath Lab Jantung, Gubernur Ansar: Kini Pasien Tak Perlu ke Jakarta