Wow! Pohon Terbesar di Dunia Berusia 5 Abad Tumbuh di Agam

Wow! Pohon Terbesar di Dunia Berusia 5 Abad Tumbuh di Agam
Wakil Bupati Agam Irwan Fikri beserta Forkopimca Tanjungraya sedang berada di kayu besar (Antara/Yusrizal)

Kawasan Ekosistem Esensial

BKSDA Sumatera Barat bakal mengusulkan kebun durian dan kayu besar medang (Litsea Sp) itu sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

BKSDA mengusulkan lokasi itu sebagai KEE perwakilan ekosistem daratan ke KLHK pada 2022 dan KEE itu tidak mengubah status kepemilikan lahan.

Pertimbangan diusulkan menjadi KEE perwakilan ekosistem daratan, karena adanya potensi ekosistem hutan yang terbentuk dari vegetasi tanaman yang didominasi oleh pohon durian.

Selain itu berdasarkan hasil identifikasi pada 2020 di lokasi itu juga terdapat kehidupan satwa liar seperti beruang madu, kijang, kambing hutan, landak, burung rangkong dan berbagai jenis satwa liar lainnya.

Identifikasi itu dilakukan dengan cara survei lapangan dan tanda-tanda keberadaan satwa baik berupa jejak, cakaran dan kotoran maupun gambar visual kamera penjebak yang dipasang di lokasi itu.

Sebelum pengusulan BKSDA Sumbar akan melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan Pemerintah Kabupaten Agam.

Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Maninjau, Ade Putra berharap lokasi disetujui menjadi KEE.

Sementara, Wali Nagari Koto Malintang, Naziruddin mendukung dan setuju BKSDA Sumbar untuk mengusulkan kebun durian dan lokasi kayu besar sebagai KEE.

Pada 2008, lokasi itu pernah diusulkan menjadi kebun raya, namun tidak terwujud sampai sekarang.

Pihaknya mendukung lokasi itu menjadi KEE untuk mendukung pemanfaatan potensi yang sudah ada, karena tidak mengubah status kepemilikan.

Lokasi ini juga telah menjadi destinasi wisata nusantara dan mancanegara. Lokasi itu pernah dikunjungi wisatawan dari Jepang, Prancis dan lainnya.

Untuk mendukung itu, Pemerintah Nagari Koto Malintang telah mengusulkan pembukaan jalan ke lokasi dan pada tahun ini telah disetujui dengan dana Rp150 juta dengan panjang 1,5 kilometer.

Keberadaan jalan ini untuk mendukung pengembangan wisata ke lokasi pohon besar dengan harapan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.

“Selama ini wisatawan hanya berkunjung ke Museum Buya Hamka dan setelah itu langsung ke Bukittinggi. Dengan adanya destinasi itu, maka wisatawan bisa berkunjung ke kayu besar,” katanya.

Sejalan dengan itu Wakil Bupati Agam Irwan Fikri mengatakan pohon kayu terbesar di dunia itu bisa dikembangkan sebagai kampus alam dan destinasi wisata.

“Keberadaan pohon besar itu bisa dikembangkan menjadi kampus alam tempat orang belajar tentang bagaimana menjaga alam, sehingga kayu pohon bisa besar,” katanya.

Ia mengatakan jarang kayu pohon bisa berukuran sebesar ini dan tidak menutup kemungkinan ini bisa dijadikan destinasi wisata.

Ini menandakan masyarakat Koto Malintang menjaga alam dengan baik. Bahkan wali nagari setempat dan tokoh adat menerima penghargaan nasional.

Untuk mewujudkan kampus alam itu, tambahnya tokoh masyarakat, wali nagari, camat, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga harus menjalin komunikasi dengan baik dengan pemangku kepentingan.