BATAM – Warga Perumahan Central Park Residence di Tanjunguncang, Batu Aji, Batam, memasang papan bunga di depan perumahan mereka, sebagai bentuk protes karena air di perumahan mereka mati.
Salah seorang warga, Adi mengatakan, kondisi air di perumahan mereka mati total. Kurang lebih sudah dua bulan ini dirasakan warga setempat
“Sejak puasa Ramadan lalu, air sudah tak mengalir sama sekali,” kata Adi, Rabu (31/5).
Menurutnya, kondisi air dirasakan mulai parah saat peralihan dari pengelola air yakni ATB kepada PT Moya. Saat ATB masih mengelola air di Batam semua lancar-lancar saja.
“Kami sudah lapor, bahkan mereka sudah datang kemari. Orang PT Moya dan BP Batam yang datang, tapi tidak ada hasilnya,” kata Adi.
Bahkan warga perumahan tersebut sudah melakukan mediasi dua kali dengan PT Moya. Tetapi juga tidak ada hasil yang mereka dapatkan.
“Anehnya, malah air di perumahan sebelah depan kiri komplek kami masih mengalir. Walaupun tidak 24 jam. Tapi kami mati total,” kata dia.
Adi mengatakan, saat ini PT Moya telah mengirimkan kurang empat sampai enam tangki setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan sekitar 250 kepala keluarga di perumahan tempat tinggalnya.
“Tapi juga tidak cukup untuk kebutuhan rumah tangga kami. Apalagi yang punya anak kecil, ibu-ibu mau cuci baju, tak cukup,” kata dia.
Ia berharap, masalah ini bisa segera diselesaikan oleh pemerintah, sebab air ini kebutuhan mendasar. Adi mengakui, meski air tak mengalir, mereka tetap membayar air.
“Bulan kemarin saya bayar Rp94.700,” kata dia.
Baca juga: Tidak Lagi Urus Air di Batam, ATB Kini Kelola Air Sidoarjo
Baca juga: Kepala BP Batam Janji Selesaikan Masalah Air
Hal yang sama juga dirasakan oleh Warga di Perumahan Cipta Green Mansion, Tanjungpinggir, Sekupang, Kota Batam, Kepulauan Riau.
Air di perumahan mereka juga sudah tak mengalir kurang lebih sudah dua bulan terakhir. Salah seorang warga, Aditya mengatakan, saat ini kebutuhan air untuk perumahan mereka disuplai dari tangki dan warga yang membeli.
“Saat ini sangat memprihatikan. Kami sudah keluhkan ke RT, dan tidak ada solusi dari pihak SPAM,” kata dia.
Selama dua bulan terakhir, distribusi air 24 jam mati total. Sebenarnya, kata dia, pihak developer perumahan masih ada tanggungjawab perihal air tersebut.
“Ini sebentar lagi kami mau buat papan bunga, dan juga spanduk yang menyarankan agar warga tidak beli rumah di sini. Terkait ini kami sedang membicarakan di grup dengan warga lainnya,” kata dia.
RT pun, lanjutnya, sudah bergerak namun tidak ada solusi. Untuk perumahan mereka itu, hampir seluruh bagian terdampak. Paling hanya di bagian cluster depan saja yang hidup.
“Itu pun hanya netes. Tanggapan dari PT Moya hanya bilang akan memperbaiki. Namun hingga saat ini tidak ada tindaklanjutnya. Air mati tapi tetap kami bayar, bahkan mencapai Rp500 ribu lebih per bulan. Biasanya normal kami bayar Rp150 ribuan,” kata Aditya.
Untuk biaya per hari membeli air galon habis Rp50 hingga Rp60 ribu. Sementara jika membeli air tangki, warga patungan.
“Untuk air tangki tergantung dari kita kapan pesannya. Satu tangki Rp350 ribu. Cukup untuk lima rumah. Satu rumah jatahnya 500 liter,” ujarnya.
“Istri saya sekarang sering mengeluh, karena air gak ada sama sekali. Kami sudah pasang mesin pompa air namun tidak guna juga,” tambah dia.
Ia mengaku sudah tinggal di perumahan itu selama lebih empat tahun. Bahkan, ia menyebut jika beberapa tetangga disekotar memilih untuk menjual rumah karena permasalahan air tersebut, termasuk juga dirinya.
Baca juga: Kesulitan Air Bersih, Warga Buana Vista Ancam Duduki BP Batam