Australia Pesan Satelit MILSATCOM, Diduga untuk Mata-matai Indo-Pasifik

Peta wilayah Indo Pasific. (Foto:Net)

JAKARTA – Perusahaan keamanan dan kedirgantaraan global, Lockheed Martin asal Amerika Serikat terpilih memasok perangkat satelit komunikasi militer (MILSATCOM) untuk Australia.

Lockheed Martin nantinya menyediakan sistem komunikasi militer berbasis satelit. Proyek bernilai miliaran dolar tersebut, untuk mengendalikan kawasan Indo-Pasifik.

Kepala Divisi Sistem Pertahanan Udara dan Luar Angkasa Angkatan Bersenjata Australia (ADF), Wakil Marsekal Udara David Scheul mengatakan, pihaknya telah membahas Proyek JP9102 MILSATCOM tersebut.

Scheul juga menjelaskanbahwa saat ini, hingga 89 persen keunggulan komunikasi di semua pertahanan bergantung pada perangkat satelit.

“Setelah dikirimkan, sistem baru itu akan meningkatkan ketahanan, kelincahan, dan fleksibilitas kemampuan pertahanan satelit militer,” kata Scheul seperti dilansir ADF.

Sistem komunikasi satelit militer baru Australia mencakup satelit komunikasi geostasioner, beberapa stasiun bumi di seluruh Australia, Sistem Manajemen Komunikasi Satelit terpadu dan dua pusat operasi komunikasi satelit baru.

Proyek JP9102 MILSATCOM akan digunakan untuk membangun jaringan komunikasi satelit pribumi pertama Australia, yang melintasi wilayah Samudra Indo-Pasifik.

Proyek itu melibatkan pemasangan satelit komunikasi di Geostationary Orbit (GEO), serta banyak stasiun bumi di sekitar Australia, sistem manajemen, dan dua pusat operasi baru.

Disinyalir, pengerahan MILSATCOM tersebut sebegai bentuk dukungan terhadap hegemoni Amerika Serikat untuk menghadapi agresifnya muliter China di kawasan Asia.

Terlebih lagi, Amerika Serikat dan Inggris serta Australia yang telah sepakat membentuk pakta pertahanan trilateral yang disebut AUKUS.

Bulan Maret lalu, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, mengkritik kesepakatan pertahanan trilateral militer antara Australia, Inggris, Amerika Serikat (AUKUS).

Kesepakatan AUKUS tersebut yakni, Negeri Kanguru (Australia) bakal membeli sebanyak lima unit kapal selam nuklir buatan Negeri Paman Sam.

Penyadapan

Philip Dorling, penulis dan koresponden Canberra Times mengaku tak heran mendengar kabar bahwa Australia menggunakan kedutaan besarnya di luar negeri untuk menyadap telepon untuk mengumpulkan informasi.

Bahkan Australia semasa Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, pernah melakukan itu di Jakarta, dengan melakukan penyadapan telepon dan pengumpulan informasi yang bersifat rahasia.

“Australia telah lama memata-matai tetangga kita, khususnya Indonesia, dan kita telah lama berusaha untuk mengambil keuntungan dari itu dalam diplomasi kita,” kata Dorling, seperti ditulis dalam kolomnya di Sydney Morning Herald, Kamis, 31 Oktober 2013.

Terlebih lagi saat ini, China semakin menunjukkan peningkatan militernya di kawasan Indo-Pasifik seperti halnya konflik di Laut China Selatan. Belum lagi meningkatnya ketegangan dengan Taiwan.

Sehingga, Amerika Serikat yang merasa terusik dengan China. Tentunya mengadalkan sahabatnya Australia untuk memantau dan mengendalikan kawasan Asia dan Indo-Pasifik untuk memantau pergerakan geopolitik China dan Indonesia.

Baca juga: Indonesia Kritik Pembelian 5 Kapal Selam Serang Nuklir Australia