Dari Kotoran Disulap Menjadi Energi Terbarukan

Dari Kotoran Disulap Menjadi Energi Terbarukan
Ilustrasi ternak sapi yang kotorannya dimanfaatkan menjadi sumber energi biogas yang dikelola salah seorang warga Dusun Mattoangin, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Basri Daeng Rewa. Antara/ Suriani Mappong

Hasil dari usahanya itu tidak terlepas dari peran kedua anak lelakinya yang di sela-sela sekolahnya rela berpanas-panas mencari rumput untuk pakan ternak sapi mereka.

Kini, kedua anaknya dapat bersekolah dari hasil pertanian dan ternak yang dikelola bersama ayahnya. Putra sulung Basir saat ini duduk di bangku akhir Universitas Muslim Maros (UMMA) dan putra bungsunya di bangku akhir salah satu SMK di kabupaten itu.

Mencermati hal tersebut, Basir adalah salah satu dari sekian banyak petani sekaligus peternak yang tersebar di 24 kabupaten/kota di Sulsel yang sudah dapat menggunakan energi alternatif yang ramah lingkungan.

Ilustrasi pemanfaatan energi biogas untuk menyalakan kompor gas dari hasil pengelolaan kotoran sapi yang dikelola salah seorang warga DesaMattoangin, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Basir Daeng Rewa. Antara/ Suriani Mappong

Sementara tuntutan untuk menggunakan energi hijau yang lebih ramah lingkungan, sudah menjadi kesepakatan internasional untuk mendukung penurunan gas emisi (net zero emissions/ NZE) atau netralitas karbon.

Pemerintah Indonesia sendiri telah menargetkan nol emisi karbon itu pada 2060, yang tentu saja membutuhkan dukungan pihak swasta dan masyarakat.

Potensi biogas

Potensi energi biogas merupakan salah satu bagian dari berbagai jenis energi baru terbarukan (EBT) di Sulsel yang tergolong besar, setelah potensi sumber daya angin dan air. Potensi itu mulai dikembangkan di Sulsel pada awal 2000.

Hanya saja, perkembangannya di lapangan masih terbilang lamban, hingga akhirnya masuk bantuan dan kerja sama dari Organisasi Pembangunan Belanda (HIVOS) dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bappenas dan pemerintah daerah setempat pada 2013.

Sejak itu, pemanfaatan kotoran sapi untuk sumber energi biogas mulai digencarkan hingga ke pelosok desa.

Walhasil, pengembangan biogas sejak 2013 hingga 2020 berdasarkan data Dinas ESDM Sulsel tercatat 2.500 unit. Kemudian pengembangannya sempat mengalami stagnan pada awal pandemi COVID-19.

“Pengadaan sarana energi biogas dalam dua tahun masa pandemi sempat melambat, karena keterbatasan anggaran akibat refocusing anggaran pada masa pandemi COVID-19,” kata Kepala Bidang EBT dan Kelistrikan, Dinas Energi Sumber Daya Mineral Sulsel Amrani S Suhaeb.

Kendati demikian, lanjut dia, pemerintah daerah pada Tahun 2020 masih berusaha melakukan pengembangan energi biogas, hingga ada penambahan 24 unit.

Sementara mengenai potensi energi dari biogas di Sulsel, dia mengatakan dari sekitar 2 juta populasi sapi di daerah itu, separuhnya saja dapat menghasilkan sekitar 500 ribu kubik gas per hari.

Kalkulasi sederhananya, peternak dengan dua ekor sapi yang dimiliki, apabila pengelolaan kotorannya baik, maka akan menghasilkan 0,5–2 kubik gas per hari.