Disperindag Batam Akan Kerja Sama Dengan Lombok sampai Bukittinggi Penuhi Komoditas Cabai dan Telur

Disperindag Batam Ganti Brizzi ke Fuel Card
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Batam, Gustian Riau(Foto: Muhamad Ishlahuddin)

Beberapa waktu yang lalu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Batam, Mardanis mengatakan kebutuhan cabai hijau per hari berkisar delapan ton. Sementara kebutuhan cabai merah per hari 15 ton.

Kota Batam hanya mampu memproduksi 50 kilogram cabai merah per harinya. Lantaran biaya produksi cabai merah cukup rumit dan per empat hari harus dirawat.

“Bayangkan saja delapan ton per hari kalau kita tak kembangkan, harganya bisa Rp60 ribu sampai Rp70 ribu. Cabai merah kita masih impor. Lantaran produksi kita masih sedikit,” katanya.

Diakuinya komoditas cabai merah, didatangkan dari wilayah Mataram. Dikirim naik pesawat sehingga harganya lebih mahal.

“Pernah dikirim naik mobil dan kapal laut, sampai di Batam, cabai merah rusak,” kata dia.

Lanjutnya, cabai merah setidaknya harus punya dua ton per hari, sehingga harga cabai merah tidak mahal di Batam.

“Itu sebabnya cabai tak pernah langka, tapi harganya yang mahal,” katanya.

Selain cabai, semua sayuran juga ditanam Kota Batam, sehingga sayur pun tak terlalu mahal harganya di Batam.

“Semua sayur di Batam produksi lokal. Justru jangan terlalu banyak produksinya nanti jadi murah. Kalau stabil harganya normal. Kebutuhan bayam perhari 10 ribu ton,” katanya.

Telur ayam juga di ternak di Barelang sehingga bisa menghasilkan 20 ribu butir per hari. Sementara kebutuhan telur di Kota Batam perhari 400 ribu butir.

“Telur Barelang itu besar-besar, tidak banyak harganya juga lumayan mahal,” tutupnya. (*)