TANJUNGPINANG – Gubernur Kepulauan Riau (Kepri), H Ansar Ahmad tengah mempertimbangkan untuk menerapkan kebijakan mudik lokal di Kepri cukup vaksin kedua lengkap tak perlu Antigen atau PCR.
Untuk itu, Ansar masih berkomunikasi dengan pemerintah pusat untuk memutuskan aturan mudik lokal edisi Lebaran Idul Fitri 1443 Hijriah.
“Saya kira mudik lokal sebaiknya dibebaskan saja. Asal protokol kesehatannya diperketat. Kecuali antarprovinsi, baru wajib vaksin penguat atau jika belum, maka harus dites antigen/PCR,” kata Gubernur Ansar di Tanjungpinang, Selasa (19/4).
Apalagi intensitas pemudik di tujuh kabupaten/kota s- Provinsi Kepri menurutnya, tidak sebesar di Pulau Jawa yang diprediksi mencapai belasan hingga puluhan juta orang.
Pertimbangan lainnya, lanjut Ansar, angka perkembangan kasus COVID-19 di daerah setempat juga makin melandai.,
Dimana penambahan kasus aktif harian relatif rendah atau di kisaran satu digit.
Baca juga: Penumpang Kapal dan Petugas Adu Mulut di Pelabuhan SBP
Berdasarkan data Satgas Penanganan COVID-19 Provinsi Kepri, jumlah kasus aktif hingga 18 April 2020 tersisa 58 orang.
Selain itu, seluruh kabupaten/kota setempat sudah masuk PPKM level satu.
Kecuali Kabupaten Anambas berstatus PPKM level dua, karena kurangnya tracing atau pelacakan terhadap penyebaran kasus COVID-19.
“Kita lihat selama Ramadan, situasi pandemi terus membaik. Masjid-masjid sudah pada menggelar salat Tarawih berjamaah, meski ada yang patuh, dan tak patuh protokol kesehatan,” ujar Ansar.
Sementara itu, sejumlah masyarakat mengeluhkan persyaratan wajib tes antigen/PCR bagi pelaku perjalanan antarpulau yang belum divaksinasi dosis penguat.
Salah seorang calon penumpang pelabuhan Sri Bintan Pura (SBP) Tanjungpinang tujuan Karimun Ardi menilai kebijakan tersebut cukup memberatkan. Ia harus merogoh kocek sekitar Rp90 ribu untuk melakukan tes antigen, karena belum divaksinasi penguat.
Baca juga: Kenapa Jelang Lebaran Tes Antigen Diterapkan? Protes Warga Perjalanan Antarpulau di Kepri
“Harusnya, mudik lokal cukup vaksinasi dua dosis. Tak perlu vaksinasi penguat, apalagi sampai tes antigen/PCR,” tutur Ardi.
Calon penumpang lainnya, Yuna terpaksa membatalkan keberangkatan mudik ke kampung halaman di Kabupaten Lingga, karena ia juga belum disuntik vaksin penguat.
Namun enggan melakukan tes antigen/PCR di tengah sulitnya ekonomi dampak pandemi.
“Saya pikir mudik antarpulau cukup vaksinasi dua dosis saja, ternyata harus vaksinasi penguat atau antigen/PCR. Sepertinya banyak warga belum tahu soal aturan ini, mungkin sosialisasinya masih minim,” kata Yuna.