Bintan – Sejak harga kedelai naik tinggi, omzet perajin tahu tempe di Bintan, Kepulaau Riau turun sampai ratusan ribu.
Salah satunya perajin tahu tempe Kampung Budi Mulya, Kelurahan Kijang Kota, Kecamatan Bintan Timur, Kasmanto mengaku, omzetnya turun sekitar 30 persen sejak harga kedelai naik. “Omzet turun sekitar Rp750 ribu,” kata Kasmanto di Bintan, Selasa (22/02).
Ia menjelaskan, penurunan omzet itu dikarenakan produksi tahu tempe dikurangi dari 100 kilogram menjadi 70 kilogram kacang kedalai. Dari jumlah produksi itu, ia hanya menerima omzet sekitar Rp1.750.000 dari biasanya Rp2.500.000.
“Sampai saat ini harga tempe tetap Rp2.500 dan Rp1.000 harga tahu,” kata dia.
Baca juga: Harga Kedelai Tinggi, Pabrik Tahu di Batam Akali Biar Tak Rugi
Penurunan produksi, kata dia, disebabkan karena harga kedelai naik dari Rp385 ribu per karung berisi 50 kilogram menjadi Rp580 ribu.
“Kalau bisa tolong keluhan kami ini, pemerintah untuk memberikan solusi ini terkait kenaikan harga kacang kedelai. Saya sangat-sangat minta tolong,” ujarnya.
Pengusaha pabrik tahu harus mengakali produksi biar tak rugi setelah harga kedelai mengalami kenaikan. Salah satunya usaha pabrik tahu milik Wiro di Batam, Kepulauan Riau.
“Produksi kami tergangu karena bahannya mahal, kedelai naik tinggi. Sekarang kami pandai-pandai mengakalinya. Kami perkecil barangnya, tapi tidak menurunkan kualitasnnya,” kata Wiro di Batam, Senin (21/02).
Wiro mengatakan, sampai hari ini harga kedelai berkisar Rp585 ribu per 50 kilogram. “Dulu Rp500 ribu, sekarang sudah Rp585 ribu, mau tak mau kami harus lanjut produksi,” kata dia.
Kedelai yang mereka gunakan untuk produksi merupakan kedelai impor dari Malaysia. “Kami ambil dari luar, harga mahal, tapi kualitas bagus. Malaysia ambil dari Amerika dan Kanada,” katanya.
Wiro mengakui, pabrik tahu miliknya, sampai saat ini masih bertahan dengan memproduksi 10 karung per hari.
“Kami jualnya per box. Isinya 500-an. Satu box harganya Rp130 ribuan,” kata Wiro. (*)