IDAI Pulihkan Kondisi Fisik dan Psikologis Anak Pasaman Pasca Gempa

Pasaman Barat
Senam bersama anak-anak di lokasi pengungsian yang berada di halaman Kantor Bupati Pasaman Barat, Sumatera Barat (Sumbar), pada Senin (28/2). (ANTARA/FathulAbdi)

PASAMAN BARAT – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumatera Barat (Sumbar) lakukan pemulihan kondisi fisik dan psikologis anak-anak korban gempa di Pasaman Barat, Sumbar.

IDAI Sumbar menurunkan tim dokter ke tempat pengungsian warga korban gempa di Halaman Kantor Bupati Pasaman.

Bersama Forum Anak Pasaman Barat, IDAI mengajak puluhan anak di tempat pengungsian melakukan kegiatan senam, bermain hingga bernyanyi bersama-sama.

“Pada gempa Pasaman Barat ini, kami fokus untuk menangani dan memberikan pelayanan kepada anak-anak terdampak gempa. Baik medis maupun non-medis,” kata Wakil Ketua IDAI Sumbar, dr Asrawati di Simpang Empat, Senin (28/2).

Ia mengatakan, IDAI Sumbar usai gempa telah menurunkan tim ke sejumlah lokasi terdampak gempa, yaitu Malampah, Kabupaten Pasaman, Nagari Kajai, dan posko utama pengungsian di halaman Kantor Bupati Pasaman Barat.

“Tim diturunkan ke lokasi untuk memberikan perawatan dan penanganan anak-anak yang terdampak gempa, sekaligus menyurvei kondisi yang ada di posko pengungsian,” katanya.

Khusus untuk pemulihan trauma anak, katanya, ia mengatakan mesti diatasi secepatnya karena akan berpengaruh pada perilaku dan tumbuh-kembang anak ke depannya.

Baca juga: Polda Sumbar Bantu Pulihkan Trauma Korban Gempa Pasaman

“Oleh karena itu, kami memberikan tindakan bermain agar anak-anak hidup dalam keadaan gembira dan menyenangkan. Ini berdampak tekanan darah yang bagus, nadi, dan suhu tubuh,” katanya.

Asrawati menjelaskan, keadaan yang nyaman akan mempengaruhi pikiran, membuat tidur anak nyenyak, dan ujungnya nanti diharapkan bisa mempengaruhi perilaku.

Dengan membuat anak-anak gembira juga akan membantu keluarnya hormon endorfin, dan secara bertahap diharapkan bisa melupakan kesedihan atas bencana yang terjadi.

“Kondisi yang menyenangkan ini harus diciptakan di lokasi-lokasi pengungsian demi pemulihan trauma dan psikologis anak-anak,” katanya.

Pada bagian lain, dari laporan tim yang turun ke lokasi, IDAI juga menemukan kasus anak-anak yang mulai terkena penyakit, seperti Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dan diare.

Selain itu, temuan lapangan di sisi non-medis, kebutuhan anak-anak adalah pakaian, makanan bergizi, karena anak masih dalam tahap tumbuh dan berkembang.

“Jika bisa menu seimbang untuk pemenuhan kalori, ini kami harapkan bisa menjadi perhatian di lokasi pengungsian,” katanya.