Inilah Varian SARS-CoV-2 Sepanjang 2021

Inilah Varian SARS-CoV-2 Sepanjang 2021
SARS-CoV-2 Coronavirus Variant Omicron. 3D rendering (Shutterstock)

Selain Eek dan Omicron, sebelumnya pada Maret 2021, varian le variant breton ditemukan oleh otoritas kesehatan Prancis yang menurut mereka lebih sulit dideteksi walaupun tampaknya lebih menular dibandingkan varian lainnya.

Varian ini bahkan mampu menghindari pengujian PCR sama seperti strain bernama Fin-796H yang ditemukan peneliti Finlandia.

Sebelumnya, ada juga varian AY.4.2. yang menurut sebagian pakar kesehatan termasuk turunan dari varian Delta. Data di Inggris menunjukkan AY.4 pernah menjadi sekitar 63 persen dari kasus baru negara itu dalam waktu sebulan.

Setidaknya sebanyak 42 negara melaporkan varian ini. Dari sisi dampak, AY.4.2. tampaknya sekitar 10-15 persen lebih menular.

Varian lainnya yakni Delta atau B.1.617.2 dengan penyebaran sangat cepat lebih daripada varian Alpha yang pertama kali ditemukan di India pada akhir tahun 2020. Varian ini pertama kali terdeteksi di Indonesia pada awal tahun 2021.

Pakar epidemiologi dari Yale Medicine F. Perry Wilson, MD mengatakan Delta menyebar 50 persen lebih cepat daripada Alpha dengan 50 persen lebih menular daripada strain asli SARS-CoV-2.

Selain itu, varian yang digolongkan WHO sebagai variantsof concern ini dapat menyebabkan kasus yang lebih parah dibandingkan varian lainnya, ungkap CDC.

“Dalam lingkungan tidak ada yang divaksinasi atau memakai masker, diperkirakan rata-rata orang terinfeksi jenis virus corona asli akan menginfeksi 2,5 orang lainnya. Dalam lingkungan yang sama, Delta akan menyebar dari satu orang ke mungkin 3,5 atau 4 orang lainnya,” ujar Wilson.

Sebuah penelitian dari Inggris menunjukkan, anak-anak dan orang dewasa di bawah 50 tahun 2,5 kali lebih mungkin terinfeksi Delta, ungkap pakar penyakit menular di Yale Medicine Inci Yildirim, MD, PhD.

Baca Juga : 

Kekhawatiran Covid-19 Varian Omicron, Tunda Keberangkatan Jamaah Umrah Indonesia

Dari sisi dampak untuk tubuh, ada laporan yang menyatakan gejala berbeda dari jenis virus corona asli. Yildirim mengatakan, pasien lebih mengalami sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, dan demam ketimbang batuk dan kehilangan penciuman yang kurang umum ditemukan akibat varian ini.

Pakar menyakit menular dari Mayo Clinic, Nipunie Rajapakse, M.D., pernah menyatakan karena penyebarannya jauh lebih mudah daripada versi COVID-19 maka semakin banyak orang yang sakit, dirawat di rumah sakit dan meninggal.

Walaupun varian Delta mengkhawatirkan karena lebih mudah menular, tetapi kabar baiknya, vaksin COVID-19 masih sangat protektif terhadap infeksi mencegah kasus berat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *