Inilah Varian SARS-CoV-2 Sepanjang 2021

Inilah Varian SARS-CoV-2 Sepanjang 2021
SARS-CoV-2 Coronavirus Variant Omicron. 3D rendering (Shutterstock)

Tetapi studi dari ICL menemukan, Omicron tidak menunjukkan tanda-tanda lebih ringan dari Delta.

Dalam sebuah pernyataan baru-baru ini, WHO juga menyatakan masih terlalu dini untuk mengatakan Omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan atau parah.

Sejauh ini, baru satu kematian dari varian Omicron yang telah diidentifikasi yakni seorang pria Texas yang tidak divaksinasi berusia 50 tahunan. Namun, perlu dicatatm tidak semua kematian terkait COVID dilaporkan ke otoritas kesehata

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan, Omicron mengandung delesi dan lebih dari 30 mutasi, seperti 69–70del, T95I, G142D/143–145del, K417N, T478K, N501Y, N655Y, N679K, dan P681H yang serupa dengan mutasi pada varian Alpha, Beta, Gamma, atau Delta, yang mungkin menyebabkan peningkatan angka penularan, peningkatan “viral binding affinity” dan juga peningkatan luput dari antibodi.

Kendati termasuk varian yang perlu orang-orang waspadai, namun menurut dia, tak perlu diartikan sebagai varian yang menjadikan panik, walaupun nanti kasus Omicron dapat bertambah lagi di Indonesia.

Sebelum Omicron, pada April lalu ditemukan mutasi virus corona Eek atau E484K yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan dan Brasil, kemudian meneybar ke sejumlah wilayah termasuk Jepang dan Indonesia (pada Februari 2021).

Pakar kesehatan berpendapat, mutasi Eek ini termasuk sesuatu yang mengkhawatirkan karena ada kemugkinan berdampak pada respon sistem imun tubuh.

Baca Juga : 

Kajati Kepri: Waspada Omicron, Imbau Warga Adhyaksa Tidak Berpergian saat Libur Nataru

Mutasi ini juga memiliki kemampuan menghindari kekebalan alami dari infeksi SARS-CoV-2 sebelumnya dan mengurangi perlindungan yang diberikan vaksin. Eek mengubah protein spike virus asli sehingga lebih mudah mengikat dan membentuk koneksi yang lebih kuat ke sel inang sehingga inilah yang membuatnya lebih menular.

Sama seperti Omicron, pencegahan agar tak terkena mutasi ini yakni dengan menerapkan protokol kesehatan sembari melakukan penelurusan kontak intesif pada keadaan khusus oleh petugas kesehatan.

Di sisi lain, otoritas berwenang pun perlu mengawasi ketat kedatangan orang dan luar negeri dan meningkatkan jumlah pemeriksaan whole genome sequencing atau pengurutan keseluruhan genom untuk menentukan urutan DNA lengkap.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *