NASA Ciptakan Hijab Khusus untuk Astronaut Muslimah Nora Al Matrooshi

Astronaut arab pertama dari UEA yang bergabung dengan NASA, Nora Al Matrooshi. (Foto:Dok/Instagram/@astronaut_nora)

JAKARTA – Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) tengah mengembangkan hijab khusus astronaut kaum muslimah untuk misi ke luar angkasa.

NASA menciptakan hijab khusus tersebut, berawal dari seorang wanita arab pertama yang menjadi astronaut dari Uni Emirat Arab (UEA) yang kini sedang dalam misi di luar angkasa, Nora Al Matrooshi.

Nora menjelaskan, NASA memikirkan bagaimana helm dari pakaian khusus luar angkasa yang disebut Extravehicular Mobility Unit atau EMU bisa menutup rambutnya.

“Begitu Anda masuk ke dalam EMU, Anda mengenakan topi atau helm (komunikasi yang dilengkapi dengan mikrofon dan speaker), yang menutupi rambut Anda,” kata Nora, mengutip AFP.

Namun ada kendala yang muncul, ketika Nora melepas jilbabnya yang biasa sebelum ia mengenakan helm komunikasi tersebut.

Hal itu semakin rumit karena hanya bahan yang secara khusus untuk diizinkan, sehingga dapat dikenakan di dalam EMU.

Baca juga: Rusia-China akan Bangun Pembangkit Listrik Nuklir di Bulan

“Para teknisi pakaian itu akhirnya menjahit hijab darurat untuk saya, sehingga saya bisa memakainya, masuk ke dalam pakaian, lalu mengenakan topi komunikasi, dan kemudian melepasnya dan rambut saya akan tertutupi. Jadi saya sangat, sangat menghargai mereka yang melakukan hal itu untuk saya,” kata Nora.

Dengan pakaian yang telah disesuaikan, Nora siap meluncur ke luar angkasa bersama rekan-rekan lainnya.

Sesuai jadwal, NASA berencana untuk mengembalikan manusia ke permukaan Bulan pada tahun 2026 untuk misi Artemis 3. Nama Nora merupakan salah satu astronaut yang diproyeksikan untuk terbang ke bulan.

“Saya pikir menjadi seorang astronaut itu sulit, terlepas dari apa agama atau latar belakang Anda. Saya kira menjadi seorang Muslim tidak membuatnya lebih sulit. Namun, menjadi seorang Muslim membuat saya sadar akan kontribusi nenek moyang saya,” sambungnya.

“Para cendekiawan dan ilmuwan Muslim yang datang sebelum saya yang mempelajari bintang-bintang. Saya menjadi seorang astronot hanyalah melanjutkan warisan dari apa yang telah mereka mulai ribuan tahun yang lalu,” ungkapnya.