Nelayan Pulau Mubut Mulai Khawatir Akan Rencana Proyek Pabrik Kaca di Rempang

Pulau Mubut
Nelayan di Pulau Rempang saat mendayung sampan miliknya. (Foto: Muhamad Ishlahuddin)

Dorman melanjutkan, apalagi daerah tangkap nelayan di Pulau Mubut sangat kecil. “Kami takut mata pencaharian kami akan hilang, sampai saat ini kami menolak rencana pembangunan ini,” katanya.

“Setelah pembahasan itu, kami terdampak, tentu kami menolak keras, lebih banyak mudarat dari manfaat,” katanya.

Dorman juga khawatir kala pesisir Sembulang berubah menjadi pelabuhan besar. Nelayan biasanya melalui pelabuhan rakyat di Sembulang untuk mengirim hasil tangkapan ke Batam.

“Ketika Sembulang ini berubah menjadi pelabuhan, kami akan kehilangan arah, kemana kami akan mengirim barang kami, padahal kami sebagai pemasok, sebagai barang-barang hidup di restoran Kota Batam,” katanya.

Dorman berharap pemerintah mengkaji dengan seksama, menyikapi dampak yang terjadi kepada nelayan. “Jika ini terjadi tidak tertutup kemungkinan, kami akan kehilangan mata pencarian,” katanya.

Baca juga: Tanjung Banun Dipilih Jadi Tempat Relokasi, Warga Rempang Tetap Menolak

Warga lainnya, Adi Sambrani mengatakan, pada tahun 2015 lalu, nelayan tradisional Pulau Mubut pernah terdampak aktivitas kegiatan galian tipe C yang berlangsung di Pulau Bintan.

“Aktivitas galian tipe C yang berlangsung pada saat itu yakni penambangan bauksit dan juga pasir di Pulau Bintan,” kata Andi.

Ia menjelaskan, aktivitas itu menyebabkan perairan Pulau Bintan yang merupakan lokasi tangkap udang apolo oleh masyarakat pulau-pulau sekitar menjadi rusak.

“Perairan tersebut jadi rusak karena aktivitas pemindahan pasir dan bauksit ke kapal besar banyak menyebabkan bebatuan tajam jatuh ke perairan. Itu menyebabkan para nelayan udang apolo sudah tidak lagi bisa mendapatkan hasil tangkapan dan udang apolo sudah tidak lagi bisa kami temukan,” ujarnya.

Hal tersebut menjadi salah satu alasan masyarakat Pulau Mubut menolak rencana pengembangan wilayah Pulau Rempang ini, karena dinilai dapat merusak wilayah perairan hasil tangkap mereka.

Menurut Adi, apa yang dulu pernah terjadi kini menjadi pelajaran bagi mereka untuk terus bertahan. “Secara tegas kami turut menolak rencana pengembangan wilayah Pulau Rempang ini karena nanti kami juga akan terdampak. Jadi tolonglah pemerintah dapat mengkaji ulang masuknya investasi di Pulau Rempang Galang ini,” tutupnya. (*)

Ikuti Berita Lainnya di Google News