Pelestarian Ulos Batak Lewat Produk Fesyen

Pelestarian Ulos Batak Lewat Produk Fesyen
Ilustrasi para wanita mengenakan Ulos (Dokumentasi Foto Milik Tobatenun)

Dia mengatakan, Kemenaker bersama Tobatenun merancang roadmap usaha yang dapat menguntungkan dan memberikan dampak kesejahteraan kepada UMKM Ulos.

Founder & CEO Tobatenun, Kerri Na Basaria mengatakan, pelaku dan perajin yang seringkali terlupakan dalam pelestarian budaya. Padahal, menurut dia, upaya pelestarian budaya harus jalan bersamaan dengan upaya perubahan sosial dan pemahaman keseimbangan antara modernisasi dan budaya diperlukan untuk kebaikan di masa depan.

Hanya saja, dia menyadari, sebenarnya masih ada tantangan yang dihadapi para pelaku dan penenun ini, mulai dari kemiskinan, eksploitasi oleh pengepul, tidak menerima upah layak dan banyaknya isu sosial yang kompleks yang datang dari kemiskinan.

Dia kemudian bersama para mitranya berusaha membuka peluang melalui sebuah wadah pelatihan yang juga menjadi sarana pembelajaran dan pendidikan bagi penenun yang kurang mempunyai kesempatan, sekaligus mendampingi mereka sehingga diharapkan berujung pada suatu community development yang sehat atau tidak bersifat eksploitatif.

Dari sisi produksi Ulos, Kerri berfokus pada revitalisasi budaya wastra ke akarnya, menggunakan material alam, serat, pewarnaan maupun teknik yang menurut dia saat ini sudah banyak hilang dan hampir punah.

“Kami mendorong digunakannya pembuatan tenun yang bertanggung jawab pada lingkungan dan pembuatan ramah lingkungan yang mengutamakan prinsip berkelanjutan,” tutur dia.

Lebih lanjut, menyadari potensi Ulos untuk dapat bersaing di pasar nasional maupun mancanegara, Kerri bersama Tobatenun memperkenalkan Ulos ke pasar internasional melalui partisipasinya dalam TENUN Fashion Week yang diselenggarakan secara virtual pada 15-17 Oktober 2021. Pagelaran ini dijadwalkan menampilkan 45 komunitas tenun yang berpartisipasi dari Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam.

Dalam TENUN Fashion Week, Tobatenun menghadirkan dua lini produknya yaitu Tobatenun dan BORU. Mereka menampilkan koleksi revitalisasi ulos lawas yang juga menjadi koleksi pertama untuk distribusi di platform yang hadir dalam motif Ragi Hotang, Ragi Idup, dan Tumtuman.

Sementara untuk produk Boru, Tobatenun menampilkan koleksi ready to wear “Sindar” yang merupakan hasil kerja sama desainer muda dan berbagai UKM dan pengrajin dari Siantar, Yogyakarta, dan Jepara.

Kerri mengaku optimistis wastra nusatara termasuk Ulos bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan bisa dinikmati pasar yang lebih luas seiring semakin banyaknya pihak yang terlibat dalam pelestarian dan pengembangan ekosistemnya.

“Kami pun berharap upaya kami dalam memberdayakan perajin dan berbagai aktivitas sosial lain dapat memberikan dampak yang luas bagi para penenun untuk memberikan harapan bagi mereka mendapatkan masa depan yang lebih baik,” demikian kata dia. (*)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *