IndexU-TV

Penyebab Harga Beras Meroket Versi Badan Pangan Nasional

Tumpukan stok beras di gudang milik Bulog cabang Tanjungpinang. (Foto:Ardiansyah Putra/Ulasan.co)

JAKARTA – Badan Pangan Nasional (Bapanas) angkat bicara mengenai penyebab mahalnya harga beras, yang sebelumnya dikaitkan program bantuan sosial Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Sebelumnya, Perum Bulog turut bersuara soal dugaan mahalnya harga beras karena stok menipis yang dialihkan ke bansos.

Direktur Bisnis Perum Bulog, Febby Novita membantah hal itu dan menilai mahalnya harga beras saat ini tidak ada kaitannya dengan bansos.

Namun Febby mengklaim meski permintaan beras tinggi dengan adanya bansos, tetapi hal itu bukan jadi penyebab harga beras menjadi mahal.

“Nggak lah, nggak ada hubungannya itu bahkan bansos itu bayangkan ke 22 juta penerima manfaat sehingga dia nggak lari ke pasar setiap bulannya. Bayangkan jika dia juga rebutan ke pasar. Saat kita bagikan itu harga beras lumayan tinggi dengan kondisi belum panen,” sambung Febby, Rabu 28 Februari 2024 dikutip dari cnbc Indonesia.

Sementara Kepala Bapanasm Arief Prasetyo Adi mengungkap ada tiga penyebab harga beras yang kini sedang meroket. Arif menyebutkan, bansos beras pemerintah bukan pemicu utama harga beras di pasaran mahal.

Ini penjelasan Badan Pangan Nasional mengenai harga beras naik:

Kenaikan harga gabah kering

Arif mengatakan, harga beras semakin mahal lantaran ada kenaikan harga gabah kering panen (GKP) yang kini mencapai Rp8 ribu per kilogram (kg). Biasanya, kata dia, harga beras dua kali lipat harga GKP.

“Kalau harga gabahnya Rp8 ribu maka jangan heran harga berasnya jadi Rp16 ribu. Kalau mau harga berasnya Rp14 ribu maka harga gabahnya kurang lebih Rp7 ribu,” ujar Arif di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Rabu 27 Februari 2024.

“Kalau teman-teman melihat harga beras Rp11 ribu atau Rp10 ribu, ya harga gabahnya Rp4 ribu sampai Rp5 ribu,” sambungnya.

Menurutnya, harga GKP naik karena kurangnya produksi. Saat produksi di bawah 2,5 juta ton, setara beras dalam sebulan, maka akan menimbulkan rebutan gabah di tingkat petani.

Harga sewa lahan naik

Dia juga mengungkap kenaikan sewa lahan, turut menjadi salah satu penyebab mahalnya harga beras.

Harga pupuk naik

Penyebab terakhir adalah kenaikan harga pupuk. Arief menyebutkan, faktor ini juga menjadi penyebab harga beras masih mahal di pasaran.

Bapanas menargetkan harga beras akan turun seiring dengan menurunnya harga gabah di sekitar Rp6.500 hingga Rp7.00 per kg saat panen raya mulai di Maret.

“Maret ini panennya akan 3,5 juta ton. Itu prediksi dari teman-teman BPS. Kemudian, minggu-minggu ini panen lokal sudah dimulai sehingga harga gabah ini akan berangsur turun dari sebelumnya di angka Rp8.600-Rp8.7000, akan turun jadi Rp8.000, dan akan turun lagi menjadi sekitar Rp6.500,” ungkapnya.

Baca juga: Beras Impor 500 Ribu Ton Masuk Indonesia, 3,6 Juta Ton Lagi Menyusul
Exit mobile version