PON XX Papua di Tengah Aksi Teror

PON XX Papua di Tengah Aksi Teror
Maskot PON XX Papua Kangpho dan Drawa. (FOTO: ANTARA)

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) melanjutkan, pandangan dan sikap pemerintah tersebut, karena tindakan kekerasan di Papua dalam beberapa hari terakhir ini semakin meresahkan.

PON Papua Lebih Dari Sekedar Ajang Olahraga
Pemilihan atau penunjukan Papua sebagai penyelenggara PON Ke-20 memiliki sejumlah alasan dan pertimbangan tertentu. Dalam situasi Papua yang masih menjadi ajang teror KKB, gelaran olahraga tersebut jelas bukan hanya sekadar siapa yang paling terdepan atau tercepat di gelanggang.

Akan tetapi, jauh dari itu PON XX adalah wujud dan tekad serta upaya untuk menguatkan rasa persatuan di Indonesia khususnya di Tanah Papua melalui olahraga.

Melalui PON XX, diharapkan masyarakat dapat menguatkan kecintaannya terhadap Tanah Air dan tentu saja beragam masalah di Papua tadi segera bisa dituntaskan dengan cara-cara yang elok dan lebih humanis.

Menurut Direktur Standarisasi Materi dan Metode Aparatur Negara, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Aris Heru Utomo, dalam konteks kebangsaan, pemilihan Papua sebagai provinsi penyelenggara PON XX merepresentasikan dari semangat Republik Indonesia yang wilayahnya terbentang dari Sabang sampai Merauke.

“Ini akan menjadi semacam tali pengikat yang merepresentasikan persatuan Indonesia dari timur ke barat,” kata Aris Heru Hutomo.

Dalam ajang olahraga, setidaknya menyimpan tiga spirit utama yang ingin dicapai. Pertama, ialah semangat persatuan, sportifitas dan saling bekerja sama untuk meraih prestasi.

Oleh sebab itu, penyelenggaraan PON XX pemerintah harus bisa menangkap dan menyatukan ketiga hal tersebut kepada para atlet, ofisial, penyelenggara dan masyarakat terutama saudara-saudara yang ada di Bumi Cenderawasih.

Hadirnya para atlet, ofisial dan masyarakat umum yang akan menyaksikan langsung maupun dari layar kaca televisi dapat berdampak positif terhadap kekayaan budaya yang ada di Papua.

Terselenggaranya PON XX juga diharapkan menjadi ajang untuk mengeksplorasi seluruh sektor kehidupan di Papua. Mulai dari pariwisata, kehidupan masyarakat hingga kebudayaan yang mungkin tidak ada di provinsi lain.

“Lebih dekat, kita tidak hanya melihat fisik saja tetapi juga budaya, kearifan lokal, wisata dan interaksi masyarakat di sana,” kata Aris.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *