Putin Picu Konflik Baru dengan AS, Ingin Rebut Kembali Alaska

Presiden Rusia, Vladimir Putin bersama para jenderalnya. (Foto:Doc/TASS)

JAKARTA – Presiden Rusia Vladimir Putin kembali menyoroti wilayah Alaska, Amerika Serikat (AS) yang dahulunya adalah bagian dari Rusia.

Putin menyatakan penjualan Alaska oleh Rusia ke AS tahun 1867 adalah tindakan ‘ilegal’, dan menginginkan wilayah itu kembali ke pangkuan Rusia.

Oleh karena itu, melansir dari Turdef, Putin telah menandatangani keputusan untuk meresmikan permintaan merebut kembali Alaska melalui dekrit.

Rusia menjual Alaska pada tahun 1867 seharga $7,2 juta karena situasi sulit kondisi negara tersebut. Dalam istilah sekarang, jumlah ini kira-kira sama dengan $150 juta jika disesuaikan dengan inflasi.

Alaska adalah bagian terpisah dari AS, dan merupakan salah satu dari lima puluh negara bagian yang membentuk negara tersebut. Sebaliknya, hanya berjarak sekitar 53 mil dari Rusia yang dipisahkan oleh perairan Selat Bering.

AS memiliki pangkalan Angkatan Udara dan pasukan militer Arktik Amerika (USARAK) yang ditempatkan di Alaska. Wilayah yang sebagian besar terisolasi ini juga merupakan rumah bagi hulu ledak nuklir, untuk menyerang dan bertahan melawan Rusia.

Gagasan untuk mendapatkan kembali Alaska bukanlah hal yang baru. Hal ini disuarakan di Duma pada musim panas 2022 oleh Ketua Duma Negara, Vyacheslav Volodin.

Suara serupa juga terdengar di Rusia pada November 2023 melalui seorang pengacara yang sangat dekat dengan Putin, yang menyarankan agar Moskow mempertimbangkan upaya untuk merebut kembali Alaska dari AS.

Kali ini, semua tuntutan tersebut menjadi resmi ketika Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit yang menyatakan penjualan Alaska ke AS ilegal.

Selat Bering adalah koridor maritim baru, yang menjadi semakin penting bagi kepentingan ekonomi dan keamanan nasional AS

Angkatan Laut meramalkan dampak Selat Bering pada tahun 2013 ketika mereka menerbitkan Peta Jalan Arktik Angkatan Laut AS tahun 2014–2030, yang menyatakan bahwa Rute Laut Utara Rusia, Selat Bering, akan menjadi semakin penting bagi perdagangan lintas laut antara Eropa dan Asia.

Semua lalu lintas maritim Tiongkok yang menggunakan rute Laut Utara Rusia harus transit di Selat Bering, untuk melakukan perjalanan antara pelabuhan Tiongkok di Dalian dan pelabuhan di Rotterdam, Belanda.