Suka Duka Belajar Daring

Suka Duka Belajar Daring
Wima Adawiyyah Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Penulis Wima Adawiyyah
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Maritim Raja Ali Haji

Belajar daring mulu, kapan belajar tatap muka secara normal? Kira-kira seperti itulah pertanyaan yang akan dilontarkan oleh para peserta didik, guru dan para tenaga pendidikan yang ikut merasakan dampak sulitnya belajar secara daring selama masa pandemi COVID-19.

Wabah COVID-19 sudah satu setengah tahun melanda Indonesia. Semua orang telah merasakan dampak pandemi ini, terutama di dunia pendidikan. Pemerintah pusat sempat mengambil kebijakan-kebijakan, salah satunya dengan membatalkan semua kegiatan (tatap muka) dari seluruh lembaga pendidikan kala itu. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah penularan COVID-19.

Hal ini jelas berdampak besar bagi perkembangan pendidikan anak-anak yang saat ini dituntut belajar mandiri, dan belajar daring (dalam jaringan). Peserta didik dan guru perlu dapat memanfaatkan teknologi yang ada untuk mendukung proses pembelajaran, namun kenyataannya tidak semua siswa dan guru siap dan mampu mengikuti pembelajaran online.

Baca juga: Mahasiswa Tameng Cegah Penyalahgunaan Narkotika

Kegagapan pembelajaraan secara daring terlihat di hadapan kita, tidak hanya di satu atau dua sekolah, tetapi di berbagai daerah di Indonesia. Komponen yang sangat penting dari proses pembelajaraan daring perlu diperbaiki dan ditingkatkan.

Pertama adanya jaringan internet yang stabil, kemudian perangkat atau komputer yang memadai, aplikasi dengan platform yang user-friendly dan pemberlakuan pembelajaran yang bersifat efisien, efektif, berkesinambungan dan integratif kepada seluruh pemangku kepentingan di bidang pendidikan.

Dari permasalahan yang sering kita lihat dan kita alami, banyak sekali peserta didik merasa jenuh akan penyampaian pembelajaraan secara daring. Dengan pembelajaraan secara daring peserta didik juga lebih banyak diberikan tugas guna agar peserta didik bisa cepat memahami materi pembelajaraan yang diberikan.

Kendati demikian, hal tersebut justru membuat peserta didik merasa terbebani. Oleh karena itu, banyaknya kendala ketika pembelajaraan jarak jauh secara daring membuat pencapaian tidak memenuhi target belajar peseta didik berbeda ketika.

Jadi bagaimana pemilihan cara yang tepat supaya pembelajaran jarak jauh dapat dilaksanakan secara optimal? Ada hal yang meringankan beban guru yang tertuang dalam Surat Edaran Mendikbud No 4/2020.

Dalam surat edaran tersebut, guru diberi kelonggaran agar tidak terbebani untuk menuntaskan seluruh capaian kurikulum. Guru diberi ruang yang sangat luas untuk bereksplorasi memaksimalkan bentuk pembelajaran yang dipilihnya. Guru dapat dengan bebas dan leluasa memilih pembelajaran sesuai dengan kondisi yang ada.
Meski demikian, jangan sampai kebebasan ini mengorbankan nasib masa depan Peserta didik. Untuk itu diperlukan langkah-langkah antisipatif jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

Baca juga: Pembelajaran Tatap Muka, Antara Harapan dan Kenyataan

Seperti yang saya jelaskan diatas bahwasannya pembelajaran daring dianggap tidak efektif dikarenakan waktu yang terbatas dan pertemuan belajar mengajarnya pun terbatas. Para guru tidak bisa menilai secara langsung apakah muridnya paham atau belum mengenai materi yang diajarkan.

Dari proses pembelajaran yang dilaksanakan, pada intinya peserta didik memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi salah satunya kebutuhan prestasi. Kebutuhan ini merupakan rasa ingin memenuhi pencapaian prestasi peserta didik melalui bimbingan dari semua unsur dalam pendidikan yaitu pendidik, masyarakat, dan pemerintah.

Dalam masa pandemi COVID-19 seperti ini, dimaklumi bahwa proses pembelajaran menemui banyak kendala dan kemungkinan tidak memenuhi capaian kurikulum. Meski demikian, kebijakan pendidikan tetap harus memikirkan masa depan siswa. Upaya yang dilakukan tidak hanya berhenti pada masa pandemi COVID-19.

Setelah pandemi COVID-1 ini usai nantinya, perlu disiapkan langkah-langkah antisipasi untuk mengejar capaian kurikulum yang mungkin saja tidak tercapai. Sehingga masa depan siswa tetap dapat berlanjut sesuai.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *