Babak Baru Dunia Pertanian di Era Digital

Babak Baru Dunia Pertanian di Era Digital
Petani di Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau. Foto: Albet

Praktik Terbaik

Berpijak pada fakta-fakta ini, FAO merangkul digitalisasi untuk berbagi praktik terbaik pertanian dengan teknologi 3 dimensi (3D) terbaru melalui pameran virtual, yakni mengubah pameran luar ruangan (luring) atau offline menjadi digital, yang menghadirkan pengalaman baru bagi para pengunjung, khususnya kaum muda.

Pameran virtual yang dapat dikunjungi di laman www.pahlawanpangan.com ini menampilkan kisah-kisah para petani, nelayan, peternak, dan komunitas di hutan yang bertahan selama pandemi.

Ada empat sektor yang dihadirkan dalam pameran tersebut, yakni kesehatan hewan, pertanian, kelautan dan perikanan, serta kehutanan.

“Selama masa pandemi yang sulit, kita tidak punya pilihan lain selain memodernisasi sistem kita, terutama dalam rantai pangan,” kata Kepala perwakilan FAO di Indonesia, Rajendra Aryal.

Jika melihat statistik, katanya, terdapat pertumbuhan layanan komunikasi selama pandemi. Layanan mobile, pemasaran daring, e-commerce, big data, Geographic Information System (GIS) dan platform geospasial dan sistem manajemen pengetahuan telah menjadi bagian dari masyarakat modern.

“Dan sekarang para petani menggunakannya untuk kehidupan sehari-hari mereka”, katanya.

Dalam pameran virtual tersebut, selain virtual booth dan sinema, para pengunjung juga dapat melihat model peternakan unggas yang telah menerapkan skema biosekuriti 3Zona untuk mencegah kuman mencemari peternakan, dan produk makanan.

Pameran juga menampilkan miniatur pelaksanaan perikanan tambak Beje, sebuah metode perikanan tradisional dari Kalimantan Tengah di mana masyarakat Dayak menggali kolam kecil di daerah rawa dan gambut di dekat sungai besar.

Praktik perikanan berkelanjutan seperti Beje memainkan peran utama dalam sistem pangan dan konservasi ekosistem.

“Semakin banyak orang memiliki akses ke internet di negara ini. Hal ini membuat pertanian digital adalah salah satu kendaraan utama untuk mengubah sistem pangan Indonesia,” katanya.

Rajendra menyatakan adalah fakta bahwa Indonesia sebuah negara kepulauan memiliki masalah dengan akses geografis di banyak tempat, sehingga digitalisasi adalah kunci transformasi pertanian pangan di Indonesia.