Ini Tanggapan Psikolog Soal Fenomena Buang Bayi di TPA Ganet Tanjungpinang

Psikolog Biro My Psikolog, Mirta Yolanda. (Foto:Meli Santia/Ulasan.co)

TANJUNGPINANG – Seorang Psikolog bernama Mirta Yolanda turut mengungkapkan pandangannya perihal fenomena buang bayi seperti yang terjadi di area tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Ganet, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri), Sabtu 01 Februari 2025 pekan lalu.

Mirta Yolanda mengatakan pendapatnya bahwa faktor desakan keluarga, pasangan hinga situasi lingkungan sangat berpengaruh terhadap mental pelaku untuk membuang bayinya.

Mirta menyebutkan, seorang ibu yang tidak mendapat dukungan secara emosional dari keluarganya, tentunya akan mendapat tekanan terus-menerus.

“Ibu atau orang lain yang melakukan tindakan ini tidak memiliki kemampuan untuk membicarakan masalah yang ia hadapi kepada orang lain. Sehingga dapat memperburuk kondisi mentalnya,” kata Mirta Yolanda, Selasa 04 Februari 2025.

Dia mengatakan kondisi di atas menjadi pemicu seseorang bertindak ekstrem sampai tega membuang seorang bayi.

“Sehingga pelaku merasa tidak ada pilihan, selain membunuh atau membuang bayi karena tidak diterima oleh pasangan, keluarga dan juga lingkungannya,” ujar Mirta kepada Ulasan.

Mirta juga menjelaskan, seseorang yang pernah membuang atau membunuh bayi berpotensi mengulangi perbuatannya jika tidak ada penanganan medis yang diterima oleh pelaku pasca setelah melakukan aksinya pertama kali.

“Permasalahan mental, merasa kebingungan dalam diri pelaku semakin lama semakin besar. Sehingga kemungkinan hal demikian terulang lagi,” tutur Mirta menjelaskan.

Mirta menambahkan, perlunya keterbukaan dari seseorang jika dirinya dalam kondisi tidak nyaman dan tertekan secara emosional. Sehingga tidak menimbulkan kebingungan, dan merasa tidak ada pilihan selain membunuh atau membuang bayi.

Selain itu, Mirta juga berharap lingkungan seharusnya memberi dukungan dan arahan terhadap pelaku. Sehingga tidak melakukan tindakan berbahaya kepada seorang bayi.

“Jika pelaku pembuangan bayi adalah ibunya sendiri hal ini bisa memicu sang ibu melakukan tindak kekerasan terhadap anak-anaknya yang lain di kemudian hari,” papar Mirta.

Mirta melanjutkan, jika seorang ibu dengan berat hati membuang bayinya. Hal itu berpotensi menyebabkan gangguan mental hingga depresi kategori parah yang menyebabkan halusinasi dan delusi, yang membuat penderitanya berpikir tidak rasional.

“Ibu-ibu yang baru melahirkan juga berpotensi mengalami depresi pasca persalinan yang parah dan bisa menimbukan halusinasi dan delusi,” ungkap dia.

“Perlu didalami lagi apakah ibu tersebut mengalami gangguan ataupun trauma yang belum terselesaikan di masa lalu sehingga mempengaruhi proses persalinan dan ia belum siap mengemban tanggung jawab sebagai ibu,” tutup Mirta mengakhiri wawancara.

Close