KOLOMBIA – Kementarian Pertahanan Kolombia gagal mengeksekusi kontrak pengadaan batch awal pembelian 4 unit jet tempur Dassault Rafale dari Prancis, yang dijadwalkan dapat terlaksana sebelum akhir tahun 2022.
Karena batal mengeksekusi kontrak, perjanjian dengan pihak Dassault Aviation yang sudah disepakati sebelumnya sudah tidak berlaku alias batal. Sehingga, perjanjian kembali ke titik nol.
Sebelum akhir tahun kontrak pembelian jet tempur Rafale tahap pertama senilai 680 juta USD untuk 3 hingga 4 unit Rafale akan ditandatangani dari rencana total pembelian 16 unit.
Untuk membayar bagian pertama akuisisi tersebut, Kementerian Pertahanan Kolombia sudah memiliki anggaran dana pendamping sebesar USD 678 juta, yang telah disetujui pemerintahan sebelumnya melalui dokumen CONPES (Dewan Nasional untuk Kebijakan Ekonomi dan Sosial).
Pada 22 Desember 2022 lalu, Menteri Pertahanan Kolombia, Iván Velásquez mengumumkan, bahwa Kolombia akan mengakuisisi jet tempur Rafale dari Perancis untuk menggantikan armada Kfir buatan Israel yang akan habis masa pakainya tahun 2023 ini.
Sebelumnya Pemerintah Perancis menawarkan Rafale bekas Angkatan Udara dan Antariksa Perancis (AAE) kepada Kolombia. Mengingat Kolombia butuh pesawat dengan cepat, untuk menggantikan armada Kfir.
Kolombia berencana membeli 16 unit Rafale, terdiri dari 12 varian kursi tunggal dan 4 varian kursi tandem senilai total 3,2 miliar USD. Pembiayaan pembelian ini akan ditanggung oleh pemerintah Perancis, kemudian Kolombia menyicil selama 20 tahun.
Baca juga: Kolombia Beberkan Alasan Terpilihnya Jet Tempur Rafale untuk FAC
Namun dikarenakan sudah memasuki tahun baru 2023, Menteri Iván Velásquez kembali menginformasikan saat wawancara dengan 6AM Radio Caracol, bahwa kontrak dengan Dassault Aviation belum terlaksana.
Semulanya, anggaran CONPES yang direnacakan sebagai pendanaan awal itu memiliki tanggal kedaluwarsa pada 31 Desember 2022.
Sementara Kolombia telat mengeksekusi kontrak akibat negosiasi yang membutuhkan detail, program ini pun tidak tercapai dalam waktu yang diharapkan.
Akibatnya, Kolombia harus melakukan negosiasi ulang dengan Dassault dan pemerintah Perancis untuk pembiayaan baru dengan harga yang mungkin berbeda.
Dampak dari gagalnya eksekusi kontrak Rafale, saat ini di Kolombia tengah berkembang wacana untuk mengalihkan pembelian ke JAS 39 Gripen yang ditawarkan Saab, Swedia.
Wacana itu disebutkan, bahwa dana untuk membeli batch awal 4 unit Rafale dapat dialihkan untuk membeli 6 unit JAS 39 Gripen Swedia.
Saat ini Kementerian Pertahanan Kolombia belum menentukan keputusan akhir, apakah melanjutkan negosiasi rencana pembelian Rafale atau mempertimbangkan pembelian Gripen dari Swedia.
Yang jelas, seperti diwartakan airspacereview, sebelum dilaksanakan kontrak maka Angkatan Udara Kolombia dipastikan belum akan mendapatkan pesawat baru pengganti Kfir.
Baca juga: Jet Tempur SAAB Gripen E Bertarung Melawan F-16 Viper di Filipina