Menikmati Air “Suci” Perigi Tua Pulau Penyengat

Balai Adat Melayu Indera Perkasa
Balai Adat Melayu Indera Perkasa, Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. (Foto: Nikolas Panama)

Suara mesin perahu yang berlabuh di ujung pelabuhan di pulau yang berjuluk Indera Sakti itu memecah kesunyian sore itu.

Angin sepoi-sepoi menyentuh wajah Penyengat, pulau bersejarah yang hanya berjarak 1,8 km dari pusat Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau itu.

Tidak banyak orang yang lalu-lalang di kawasan itu, meski menjelang malam Minggu di akhir pekan lalu.

Beberapa warung makan tutup sejak pukul 17.00 WIB, sedangkan pemilik warung lainnya masih melayani ramah para pengunjung sebelum mengunjungi satu persatu objek wisata sejarah Kerajaan Riau – Lingga – Pahang. Para pedagang juga menjual kue khas melayu seperti bram-bram dan otak-otak.

Sekitar 10 meter dari pelabuhan, tampak sejumlah pengemudi becak motor atau bentor antre mengangkut penumpang. Mereka adalah warga setempat, yang setiap hari mengantarkan wisatawan ke sejumlah bangunan tua bekas kerajaan, museum, balai pertemuan, dan makam para raja.

Adalah Andi, pria paruh baya berusia 45 tahun sejak beberapa tahun lalu bekerja sebagai pengemudi bentor. Sejak bulan lalu, Andi tidak lagi mengendarai bentor, melainkan “Gelis” bantuan dari Pemerintah Kepulauan Riau.

Gelis merupakan singkatan dari Gerobak Listrik. Kendaraan ini dapat mengangkut dua orang dewasa dan satu orang anak mengelilingi pulau dengan panjang sekitar 2.000 meter dan lebar 850 meter.

Wisatawan cukup merogoh kantong Rp40.000 untuk paket perjalanan mengelilingi dan singgah di objek wisata yang dituju. Murah bukan?

Di Pulau Penyengat terdapat 16 pengemudi bentor dan 11 pengemudi Gelis yang siap mengantarkan wisatawan ke seluruh objek wisata di pulau itu.

“Sehari bisa 2-3 kali mengantarkan wisatawan mengelilingi Pulau Penyengat. Ini kalau hari libur,” kata Andi.

Baca juga: Becak Listrik Ramah Lingkungan Wisata Pulau Penyengat, Hemat dan Andal

Ikuti Berita Ulasan.co di Google News