Pensiun, Impian Terbesar Sang Penemu Vaksin Sinovac

Pensiun, Impian Terbesar Sang Penemu Vaksin Sinovac
CEO Sinovac Biotech Ltd Yin Weidong di Beijing, China, Selasa (18/1/2022). Foto: Antara

China menerapkan aturan wajib karantina bagi siapa pun yang baru datang dari luar negeri. Para pejabat asing yang melakukan pertemuan dengan pejabat China mendapatkan pengecualian dari kewajiban itu. Bahkan seusai pertemuan, para pejabat asing sudah diperbolehkan langsung meninggalkan China.

Hanya saja, para pihak yang berada di China yang terlibat dalam pertemuan tersebut harus dikarantina selama 14 hari sebelum kembali ke Beijing atau melakukan aktivitas harian lainnya. Nah, Dubes Djauhari dan Yin ini termasuk di antara mereka yang menjadi “sandera karantina” dari kunjungan para menteri tersebut.

Di sela-sela makan siang itu, dia utarakan komitmennya untuk bisa membantu meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia. Demikian juga cita-citanya kepada dunia.

“Prioritas utama kami bukanlah uang dalam mengembangkan vaksin COVID-19 ini, (tapi) bagaimana agar masyarakat dunia bisa hidup sehat,” ujarnya.

Pemikiran Yin sejalan dengan komitmen pimpinan pemerintahan China untuk menjadikan vaksin COVID-19 sebagai komoditas umum yang dibebaskan dari kewajiban membayar hak paten atas pengembangan atau penemuan sebuah rekayasa teknologi baru.

Sama halnya dengan harapan para pemimpin di negaranya, Yin juga menginginkan vaksin yang dikembangkannya mudah diakses oleh masyarakat luas di berbagai belahan dunia dengan harga yang sangat terjangkau.

Ada hal menarik yang sangat didambakan oleh pria yang sudah puluhan tahun menggeluti bidang virologi itu.

“Saya ingin masyarakat dunia sehat. Dengan begitu, saya bisa pensiun. Saya bisa berhenti mengembangkan vaksin,” ucapnya seakan mengungkapkan perasaan yang terpendam.

Dubes Djauhari dan semua orang yang berada di dalam ruang VIP tersebut tampak tertegun mendengar ucapan orang nomor 1 di Sinovac tersebut. Helen Yang, GM Sinovac, tampak diam sejenak setelah mendengarkan ucapan Yin tersebut.

“Kalau saya sudah berhenti mengembangkan vaksin, tolong terima saya sebagai sahabat,” tutur Yin yang sangat mendambakan bisa berlibur di Bali sambil menikmati makanan di pinggir pantai.