Pesawat AS Sudah 8 Kali Langgar Batas Wilayah Udara Indonesia

Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono saat rapat di DPR RI. (Foto:Istimewa)

JAKARTA – Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono melaporkan, bahwa pesawat udara Amerika Serikat (AS) paling sering melanggar batas wilayah udara Indonesia selama 2023.

Pernyataan itu diungkapkan Laksamana TNI Yudo Margono, ketika rapat konsultasi dengan pimpinan DPR dan pemerintah mengenai evaluasi dan pelaksanaan pengelolaan batas wilayah negara di wilayah perbatasan tahun 2023-2024 di Senayan, Jakarta, Senin (10/7).

Yudo menyampaikan grafik paparannya, bahwa AS telah melakukan pelanggaran batas wilayah udara sebanyak delapan kali selama 2023. Selain AS, kemudian India dengan pelanggaran sebanyak dua kali.

“Warna merah adalah pelanggaran yang dilakukan oleh pesawat udara militer, tepatnya dilakukan oleh pesawat Amerika Serikat, tercatat sejumlah delapan kali pelanggaran. Pesawat militer India pernah dua kali melanggar,” kata Yudo dalam paparannya.

Baca juga: Jakarta Pesan 13 Sistem Radar Militer Jarak Jauh Ground Master 400 Alpha
Radar Ground Master GM400 Alpha bikinan Thlaes-RaytheonSystem yang dipesan Indonesia untuk menjaga ruang udara NKRI. (Foto:Special)

Ada juga pelanggaran yang kerap dilakukan pesawat sipil AS. Pesawat sipil mereka total melakukan pelanggaran sebanyak tiga kali sepanjang 2023. Kemudian ada juga pesawat sipil Republik Ceko satu kali melanggar.

“Total pelanggaran terjadi sebanyak 13 kali, di FIR Singapura di atas wilayah udara Kepulauan Riau (Kepri) dan sekali di wilayah udara Kosek I Medan,” terang Yudo Margono.

Pada kesempatan itu, mantan KSAL  iti juga memaparkan kondisi terkini wilayah perbatasan Indonesia. Yudo bilang tugu dan patok perbatasan Indonesia banyak yang sudah hilang.

Menurut Yudo, selain karena dihadapkan dengan medan operasi yang luas, prajurit TNI juga kesulitan karena terkendala sarana pendukung. Mulai dari listrik, air jalan, dan sensor peralatan.

“Kompleksitas sosial budaya masyarakat di wilayah perbatasan menyangkut hukum adat, kesenjangan ekonomi dengan negara tetangga, pengaruh tokoh adat dan tokoh agama menyebabkan permasalahan yang berkepanjangan,” kata Yudo.