BINTAN – Pemerintah Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri) mewaspadai penyakit kulit atau Lumpy Skin Disease (LSD) yang disebabkan virus berbentuk benjolan yang menyerang hewan ternak seperti seperti sapi.
Walau penyakit tersebut belum ditemukan di Bintan, namun pihak Otoritas Veteriner Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bintan serangan penyakit tersebut.
“Penyakit LSD belum ada ditemukan di Bintan. Kita tetap waspada dan berhati-hati dengan penyakit itu,” kata drh Iwan Berri Prima, Pejabat Otoritas Veteriner Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Bintan, Selasa (21/2).
Meskipun tidak ditemukan, kata drh Iwan Berri Prima, para peternak hewan perlu waspada dan berhati-hati terhadap penyakit LSD tersebut.
Adapun gejala klinis dari penyakit LSD ini diantaranya, adanya lesi kulit berupa nodul atau benjolan. Biasanya benjolan itu ditemukan pada bagian leher, kepala, kaki, ekor dan ambing hewan ternak.
Pada kasus berat, lanjut Iwan, benjolan ini dapat ditemukan di hampir seluruh bagian tubuh. Munculnya benjolan ini biasanya diawali dengan demam, hingga lebih dari 40,5 derajat celsius.
Baca juga: Stok Sapi dan Kambing Mulai Menipis di Bintan
Benjolan pada kulit tersebut jika dibiarkan, akan menjadi lesi nekrotik dan ulseratif. Kemudian hewan sapi akan lemah, dengan adanya leleran hidung dan mata, pembengkakan limfonodus subscapula dan prefemoralis serta dapat terjadi oedema pada kaki.
Apabila menemukan penyakit tersebut, ia meminta kepada para peternak untuk segera memberitahukan petugas maupun dokter hewan setempat. Supaya penyakit yang mewabah pada hewan ternaknya, bisa langsung ditangani lebih cepat.
Penyakit LSD, menurut dia, virus yang sangat berbahaya menyerang pada hewan ternak. Karena daging pada hewan tersebut tidak bisa dikonsumsi, apabila sudah terserang penyakit LSD.
“Karena benjolan terdapat cairan nanah, apabila dilakukan penyayatan,” sebut dia.
Baca juga: Antisipasi PMK, Bintan Terus Awasi Sapi dari Luar Daerah