Polisi Akan Selidiki Kasus Dugaan Penganiyaan di SMK SPN Dirgantara Batam

Polda Kepri Sudah Periksa Sembilan Saksi Terkait SMK SPN Dirgantara
SMK SPN Dirgantara Batam, Kepulauan Riau (Foto: Alamudin)

Batam- Polisi akan menyelidiki kasus dugaan penganiyaan siswa di SMK Penerbangan Nasional atau SPN Dirgantara Batam, Kepulauan Riau.

Kabid Humas Polda Kepri, Kombes Pol Harry Goldenhardt mengatakan, akan dilakukan penyelidikan kasus tersebut.

“Penyelidikan akan dilaksanakan atas dugaan adanya kekerasan di sekolah tersebut,” ujar Harry di Batam, Kamis (18/11).

Harry tidak merinci apakah kasus tersebut di selidiki oleh Satreskrim Polresta Barelang atau Ditreskrimum Polda Kepri. Namun, ia mengatakan, jika penyelidikan telah membuahkan hasil maka akan disampaikan pihaknya.

“Jika sudah ada hasilnya maka akan kita sampaikan,” ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, Kepala SMK Penerbangan Nasional (SPN) Dirgantara Batam Dunya Harun memberikan penjelasan terkait adanya dugaan kekerasan terhadap siswa di sekolah.

Ia membantah adanya dugaan penganiayaan yang terjadi di sekolah dipimpinya.

“Kami nyatakan tidak pernah melanggar aturan yang ada di sekolah ini, apalagi hal hal yang bersifat melecehkan anak didik kami,” tegas Dunya saat ditemui di ruang kerjanya SMK SPN Dirgantara Batam pada Kamis (18/11).

Baca Juga: Ini Penjelasan SPN Dirgantara Batam Terkait Dugaan Kekerasan di Sekolah

Dunya mengatakan, tindakan yang diberikan oleh kepada siswa hanya bersifat mendidik dan mengarahkan para siswa agar disiplin dan tidak melanggar peraturan sekolah.

“Di sini ada tindakan fisik seperti squat jump push up, itu bertujuan menguatkan fisik mereka untuk menghadapi dunia kerja serta untuk kedisiplinan mereka (siswa),” ujarnya.

Saat dikonfirmasi lebih lanjut terkait siswa yang dirantai atau diborgol dan di kurui di ruangan seperti penjara karena melanggar peraturan sekolah, Dunya kembali membantah pihaknya melakukan hal tersebut.

Lanjut, kata Dunya, menjelaskan bahwa seperti foto yang diterima KPPAD Kota Batam yang di mana siswa dirantai itu merupakan ekspresi sesaat para siswa yang tengah bercanda sehingga terekam kamera.

“Katanya ada anak didik kami yang di rantai, kami nyatakan itu tidak benar. Kalau ada itu pun di luar pengetahuan kami. Jika ada gambar atau video yang didapat itu merupakan ekspresi sesaat,” ujarnya. (*)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *