Wali Murid: Sebulan Habiskan Rp200 Ribu untuk Belajar Daring

Bintan
Proses belajar tatap muka terbatas di sekolah. Mulai Sabtu (12/02), Disdik Kabupaten Bintan kembali terapkan belajar daring. (Foto:Andri DS/ulasan.co)

Bintan – Seiring diterapkannya lagi sistem belajar dalam jaringan (Daring), wali murid di Bintan, Kepulauan Riau mengaku setiap bulannya habiskan Rp200 ribu.

Bukan tanpa alasan, karena para wali murid harus mengeluarkan uang tambahan tiap bulan sebesar Rp200 ribu untuk membeli paket internet.

Dinas Pendidikan (Disdik) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bintan resmi memberlakukan kembali sistem belajar Daring hari ini, Sabtu (12/02).

Baik itu untuk peserta didik di tingkat Taman Kanak-kanak (TK), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Seorang wali murid di Bintan, Maryati mengataka, dirinya mengaku merasa berat dengan diterapkan kembali belajar Daring oleh pemerintah.

Karena menurutnya, belajar Daring perlu butuh biaya tambahan untuk membeli paket internet di handphone (hape).

Sehingga, anaknya bisa mengikuti proses belajar Daring.

Dalam satu bulan, dirinya bisa menghabiskan uang kurang lebih Rp200 ribu untuk beli paket internet.

Baca juga: Wali Murid Berharap Ada Bantuan Paket Internet untuk Belajar Daring

Diharapkan dia, pemerintah untuk tidak memberlakukan penerapan belajar Daring dari rumah.

Kalau pun harus menerapkan Daring, lanjut dia, pemerintah juga memberikan bantuan buat siswa/i yang sedang belajar Daring.

“Supaya beban orangtua itu ringan. Kalau bisa jangan banyak kasih tugas buat siswa siswinya. Kasihan anak-anak kita yang selalu kerjain tugas tiada hentinya. Memang bagus. Tapi, tidak segitunya,” sebut dia.

Dalam kesempatan ini, Parel, seorang siswa SMP merasa sedih pemerintah sudah menerapkan belajar Daring lagi.

“Susah kalau belajar Daring. Banyak tugas. Tak ada waktu untuk main dengan kawan. Karena selalu banyak tugas dari guru,” ucap dia.

Diharapkan, belajar tatap muka di sekolah kembali diterapkan.

Supaya bisa belajar bersama kawan dan guru di dalam sekolah.

Belum lagi masalah jaringan internet, yang terkadang lambat untuk diakses.

“Enak belajar di sekolah. Banyak kawan di sekolah,” pungkas Parel.