Corona Makin Melonjak, Tes GeNose Dinilai Jadi Biang Kerok

Foto : Ilustrasi

Jakarta – Di tengah lonjakan kasus COVID-19, pakar epidemiologi Universitas Griffith Dicky Budiman menyarankan tes GeNose dicabut dari syarat perjalanan. Ia menilai, tes GeNose untuk syarat perjalanan sangat berbahaya jika tetap diterapkan saat kasus Corona di Indonesia sedang tinggi-tingginya.

Terlebih, saat kondisi pandemi saat ini semakin mencekam dengan keberadaan berbagai varian baru, salah satunya varian Delta (B1617.2).

“Saya tidak merekomendasikan (tes GeNose) untuk dipakai, apalagi dalam situasi seperti ini yang sangat serius, dengan adanya Delta variant yang sangat menular dan sangat efektif menular lewat udara,” jelas Dicky.

Dicky menegaskan, sebenarnya sudah tidak merekomendasikan tes GeNose untuk skrining sejak awal. Sebab, banyak kasus yang menunjukkan kalau alat tersebut tidak efektif untuk melakukan skrining terhadap virus Corona.

“Sebelumnya saja saya tidak merekomendasikan, apalagi sekarang sangat berbahaya sekali,” kata Dicky.

“Ya saat ini saja sudah membuktikan kalau itu tidak efektif. Banyak juga di media sosial yang mengatakan dari GeNose-nya negatif, padahal positif. Jadi berbahaya sekali,” lanjutnya, kemarin.

Dicky pun mengingatkan respons terhadap pandemi COVID-19 di Indonesia masih kurang maksimal. Jika tes tersebut masih diberlakukan, kemungkinan orang yang terpapar virus akan bertambah banyak.

“Jadi sekali lagi program itu tidak memiliki dasar scientific yang kuat untuk dijadikan program nasional, untuk skrining lagi, di situasi saat ini lagi,” ujar Dicky.

“Sudah kita respons pandeminya tidak maksimal, ada hal seperti ini ya tambah membuat banyak orang akan terpapar, dan ingat yang namanya COVID-19 ini kan jangka panjang dampaknya,” pungkasnya. *

Pewarta : detik.com
Editor : MD Yasir