Kepri Alami Inflasi 2,65 Persen di Februari 2024

cabai
Harga cabai naik di Pasar Bintan Centre, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. (Foto: Randi Rizky)

BATAM – Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengalami inflasi sebesar 2,65 persen pada Februari 2024.

Inflasi itu mengalami kenaikan dipicu  10 kelompok indeks pengeluaran di antaranya yakni bahan makanan, minuman, tembakau, transportasi, perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga.

Berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan dua kota dan satu kabupaten di Kepri, yakni Kota Batam, Tanjungpinang dan Kabupaten Karimun, inflasi Kepri pada Februari 2024 tercatat sebesar 2,65 persen (yoy). Angka tersebut berada dalam kisaran target inflasi yakni 2,5 ± 1 persen.

“Komoditas utama penyumbang inflasi yakni beras, bawang, tarif parkir, angkutan udara, bahan bakar rumah tangga dan sigaret putih mesin (SPM),” ujar Kepala BPS Provinsi Kepri, Darwis Sitorus, Kamis 14 Maret 2024.

Ia menyebutkan, secara spasial, Kota Batam mengalami deflasi sebesar 0,13 persen (mtm), sementara Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Karimun mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,08 persen (mtm) dan 0,13 persen.

“Jika dibandingkan dengan Januari 2024, Kepri justru mengalami deflasi sebesar 0,22 persen,” ucapnya.

Penurunan pada harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau seperti bayam, kangkung, sawi hijau kacang panjang dan tomat menjadi menjadi salah satu penyumpang deflasi di Kepri yakni sebesar 0,65 persen (mtm).

Sementara itu, Wakil Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Suryono mengungkapkan, bahwa terkendalinya inflasi di Kepri merupakan hasil dari konsistensi, inovasi dan sinergi di tingkat provinsi maupun kabupaten/ kota se-Kepri dalam pelaksanaan gerakan nasional pengendalian inflasi pangan (GNPIP).

“Hingga Februari 2024, TPID Kepri sudah menggelar 60 kali operasi pasar di seluruh kabupaten dan kota se-Kepri, serta menyalurkan sembako bersubsidi sebanyak 64.000 paket di Kota Batam,” ujarnya.

Baca juga: Sekda Tanjungpinang: Inflasi Terkendali, Harus Dilihat Secara “Fair”

Ia menekankan, bahwa ke depan, pihaknya akan terus mengantisipasi risiko inflasi yang meningkat melalui sinergi dan koordinasi antar lembaga/instansi sesuai arahan presiden.

“Ada beberapa hal penting yang diperhatikan dalam perkembangan inflasi ke depan, yakni seperti, kenaikan permintaan saat libur lebaran, kenaikan harga beras akibat keterbatasan stok, potensi kenaikan harga sayuran akibat cuaca ekstrem serta kenaikan harga komoditas rokok,” jelasnya. (*)

Ikuti Berita Ulasan.co di Google News