Legislator Kepri Upayakan Bangun Dermaga di Kampung Monggak

Warga Kampung Monggak
Ketua Komisi II DPRD Kepri Wahyu Wahyudin saat reses di Kampung Monggak. (Foto: Muhammad Chairuddin)

BATAM – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kepulauan Riau (Kepri) Fraksi PKS, Wahyu Wahyudin akan mengupayakan membangun dermaga di Kampung Monggak, Kota Batam.

Pembangunan itu diupayakan karena Kampung Monggak masuk daerah daerah pemilihan (dapil) Wahyudin.

“Insyaallah saya akan masukkan ini ke sistem E-pokir,” ujarnya, Rabu (09/08).

Ia menjelaskan, selama ini kondisi di Kampung Monggak sangat memperihatinkan. Terlebih, dari informasi yang didapatkannya belum ada anggota dewan yang reses ke sana selain dirinya.

Untuk itu, ia berencana menganggarkan pembangunan dermaga untuk para warga di Kampung Monggak. Namun kemungkinan penganggaran baru dilakukan untuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2025 mendatang.

“Tapi kemungkinan 2025. Karena sistemnya sekarang satu tahun sebelumnya harus sudah saya masukkan,” ucapnya.

Ketua Komisi II DPRD Kepri itu meminta para warga dapat bersabar menanti pembangunan pelantar atau dermaga tersebut.

Selain itu, ia berharap rencana relokasi yang selama ini bergema di masyarakat tidak terjadi. Meski kabarnya pembangunan Rempang akan berlangsung pada September mendatang.

“Mudah-mudahan tidak ada relokasi,” tuturnya.

Warga Kampung Monggak, Kecamatan Galang, Batam terpaksa harus melewati lumpur karena tak memiliki sarana dermaga saat air laut surut jauh.

Baca juga: Tak Punya Dermaga, Warga Kampung Monggak di Batam Harus Lewati Lumpur Selutut

Nasib serupa juga dialami pelajar yang pulang sekolah dari pulau seberang, karena harus berjalan menenteng sepatunya lalu melintasi lumpur yang dalamnya mencapai setinggi lutut orang dewasa.

Hal itu lantaran tidak adanya dermaga atau pelantar khusus, dari bibir pantai yang dapat mereka manfaatkan saat air surut jauh.

Ketua RW Kampung Monggak, Timo mengungkapkan, dalamnya lumpur yang mereka terjang bahkan hingga lutut orang dewasa.

“Kalau air lagi kering, lumpur yang sampai ke lutut. Anak sekolah juga sama. Dari pulau seberang, Jemara dan Belongkeng kasihan sekali kalau ke sini,” kata Timo, Rabu (09/08).

Timo menjelaskan, setiap anak sekolah yang menyeberang melalui Kampung Monggak, harus melepas pakaian dan sepatunya terlebih dahulu.

Kemudian, mereka mengarungi lumpur hingga ke bibir pantai untuk pergi ke sekolah mereka masing-masing. (*)

Ikuti Berita Lainnya di Google News