Mengenal Raja Ali Kelana, Pendiri Organisasi Cendekiawan Muslim Pertama di Asia Tenggara

Raja Ali Kelana (foto: Dok/net)

Tokoh Jurnalistik Pertama dari Kesultanan Riau-Lingga

Raja ALi Kelana adalah salah satu pendiri dan pengurus inti Rusydiah Kelab, sebuah organisasi cendekiawan muslim Kesultanan Riau Lingga di Pulau Penyengat. Rusydiah Kelab ini didirikan pada tahun 1885 dan merupakan perkumpulan cendekiawan pertama di kawasan Asia Tenggara pada Abad 19.

Kelab tersebut sudah beraktivitas dengan berlandaskan budaya modern. Rusydiah Kelab fokus dalam menggalakkan kemajuan pendidikan, kebudayaan, ekonomi, yang berlandaskan nilai-nilai adat melayu dan keislaman.

Di organisasi ini Raja Ali Kelana-lah yang menjadi pemikir, penggerak sekaligus donatur yang mendanai pergerakan.

Abdul Malik menuturkan, melalui tulisan buku, dan buletin, Rusydiah Kelab tidak hanya menjadi penekan bagi pihak Belanda namun juga Kesultanan Riau-Lingga. Kelompok ini tidak ambil peduli, sekalipun yang menyimpang dalam penyelenggaraan negara adalah pihak kesultanan, maka akan dikritik.

Pada 1896 Raja Ali Kelana ikut mendirikan badan penerbit Al-Imam. Kemudian pada 1906-1908 terbitlah majalah Al-Imam di Tumasik (saat ini menjadi negara Singapura).

“Beliau juga menjadi donatur utama penerbitan majalah ini,” Ujarnya.

Pada tahun 1896 itu pula Raja Ali Kelana berhasil menyelesaikan buku berjudul Pohon Perhimpunan pada Menyatakan Peri Perjalanan. Buku yang ditulis dengan gaya jurnalistik itu, ialah hasil perjalanan beliau ke Pulau Tujuh (sekarang Kabupaten Natuna dan Anambas) sebagai bagian dari tugasnya menjadi Kelana.

“Dengan demikian, Raja Ali Kelana adalah tokoh jurnalistik pertama dari Kesultanan Riau-Lingga yang saat ini menjadi bagian dari Provinsi Kepulauan Riau,” ujarnya.

Tak hanya satu buku, selanjutnya Raja Ali Kelana juga menulis dan menerbitkan buku lainnya, seperti Perhimpunan Plakat pada 1900, Kumpulan Ringkas Berbetulan Lekas Pada Orang Pantas Dengan Pemikiran Lantas pada 1910, Bughiyat Al-‘Ani fi Huruf Al-Ma’nani pada 1922 yaitu buku pelajaran bahasa dan semantik atau ilmu makna bahasa melayu, serta Rencana Madah pada Mengenal Diri yang Indah.

Melalui buku Bughiyat Al-‘Ani fi Huruf Al-Ma’nani, Raja Ali Kelana melengkapkan Kajian bahasa melayu dalam bidang morfologi dan semantik yang belum pernah dikerjakan penulis manapun di Kesultanan Riau-Lingga sebelumnya.(*)