Mengetuk Hati PDIP dan NasDem di Bintan

Adiya Prama Rivaldi               
Koordinator Himpunan Mahasiswa Melayu Raya, Adiya Prama Rivaldi. (Foto: Dok Adiya)

Kabupaten Bintan butuh pemimpin yang cerdas, merakyat, mampu bekerja secara profesional dan bersih, bukan pemimpin yang hanya mendekati rakyat setelah mendekati pemilu dan pilkada.

Pasangan Roby Kurniawan-Deby Maryanti bukan keinginan mayoritas rakyat Bintan. Mari kita evaluasi angka kemiskinan, angkat pengangguran, partisipasi pendidikan, pelayanan publik, pelayanan kesehatan dan investasi. Sudah baikkah?

Selama tiga periode (15 tahun), pemimpin di Bintan hanya berasal dari keluarga Ansar Ahmad. Setelah dua periode pemimpin Bintan, dilanjutkan kepemimpinan oleh Apri Sujadi-Dalmasri selama satu periode, kemudian pada periode kedua tampuk kekuasaan diambil alih oleh Apri berpasangan dengan Roby Kurniawan, putra dari Ansar Ahmad.

Apri hanya beberapa bulan memimpin Bintan, kemudian ditahan KPK karena kasus gratifikasi dari sejumlah pengusaha yang memanfaatkan fasilitas FTZ. Roby kemudian memimpin Bintan menggantikan Apri.

Kini memasuki Pilkada Bintan 2024, Roby ingin kembali memimpin Bintan berpasangan dengan Deby Maryanti, istri dari Apri Sujadi….hmmmm

Bolehkah kita berpendapat bahwa di Bintan sedang terjadi praktik politik dinasti? Tentu saja pendapat itu sesuai realitas. Apa dampaknya? Itu yang sekarang dirasakan rakyat Bintan.

Politik dinasti potensial terjadi kembali melalui Pilkada Bintan 2024 yang tidak demokratis. Roby-Deby hanya berani melawan kolom kosong. Partai yang mendapatkan kursi dan partai nonparlemen di Pemilu 2024 diborong atau mengusung Roby-Deby.

Sedikit unik dan tidak menarik ketika PDIP yang berlagak menolak kotak kosong dalan pilkada, ternyata juga memadu kasih dalam koalisi gemuk. Begitu pula NasDem, yang merapat lebih awal mengusung pasangan itu seolah-olah mengaminkan rencana politik disnasi di kabupaten tertua di Kepulauan Riau tersebut.

Padahal ada Zulfaefi-Nikolas Panama yang bakal menjadi rival politik Roby-Deby berjuang mendapatkan dukungan partai politik. Zulfaefi-Niko juga menjadi mesin politik yang dapat membantu Bakal Calon Gubernur-Wakil Gubernur Kepri Rudi-Aunur Rafiq untuk memenangkan mereka di Bintan.

Ada apa dengan sikap kontradiktif PDIP dan Nasdem?

Bagaimana nasib Zulfaefi-Nikolas Panama? Mereka tampaknya tidak mendapatkan dukungan partai-partai untuk memenuhi 9.800 suara.

Baca juga: Pilihan Pilkada Bintan 2024 Cuma Calon Tunggal, Warga: Tak Asyik

Pengalaman pilkada sebelumnya merupakan sejarah penting dimana PDIP berani keluar dari barisan partai koalisi demi menegakkan demokrasi. Kini harapan itu muncul kembali untuk kepentingan masyarakat dan daerah Bintan.

Apakah sejarah terulang kembali? Wallahualam Bissawab, Qun Fayaqun, Insya Allah. (*)

Penulis: Adiya Prama Rivaldi                  (Koordinator Himpunan Mahasiswa Melayu Raya)