Penderita HIV/AIDS Bertambah 297 Orang di Batam

Pieter P Pureklolong
Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS Kota Batam, Pieter P Pureklolong. (Foto: Arsip Pribadi)

BATAM – Sebanyak 297 warga Kota Batam, Kepulauan Riau, menderita HIV/AIDS sepanjang Januari hingga Juni 2022.

Jumlah tersebut berdasarkan data diperoleh dari Komisi Penanggulangan AIDS Kota Batam. “Dari 16.822 orang yang tes [HIV/AIDS], selama Januari hingga Juni 2022, ada 297 warga yang positif HIV,” kata Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS Kota Batam, Pieter P Pureklolong, Rabu (31/8).

Penderita HIV/AIDS di Kota Batam didominasi laki-laki, sebanyak 226 orang dari 5.713 yang melakukan tes. Sementara wanita, sebanyak 71 orang dari 11.109 yang tes. “Peyebabnya untuk di Batam masih didominasi transmisi seksual. Lebih tinggi hetro sex, meskipun anal juga lebih beresiko,” kata dia.

Berdasarkan pemetaan yang dilakukan pihaknya, daerah beresiko tinggi tertular HIV/AIDS, yakni Batu Aji, Batu Ampar, Nongsa dan Nagoya. “Indikatornya karena di situ banyak tempat hiburan malam. Sintai, Teluk Bakau, Temeong di mana ada praktik pekerja seks, di situ itu selalu ada risiko,” kata dia.

Namun, ia menagaskan, pihaknya tidak memetakan jumlah penderita berdasarkan daerah tertentu. “Bisa jadi dari daerah lain karena dia hanya berhubungan di sana,” kata dia.

HIV/AIDS di Batam Mengalami Penurunan Setiap Tahun

Jumlah penderita HIV/AIDS di Batam mengalami penurunan setiap tahun sejak 2019 hingga 2021. Berdasarkan data yang diperoleh ulasan.co, jumlah penderita pada 2019 sebanyak 692 penderita dari 28.142 yang tes. Tahun 2020 ada 538 penderita dari 23.479 yang tes dan Tahun 2021, sebnyak 484 orang dari 26.308 yang tes.

“Tapi harus dilihat, dua tahun itu [2020 dan 2021],para stakeholder penanggulangan HIV lebih berfokus pada COVID. Data murni di 2019,” kata dia.

Menurutnya, setiap tahun terdapat peningkatan orang yang tes HIV. “Berarti terjadi peningkatan kesadaran masyakat untuk melakukan tes,” kata dia.

Baca juga: Kasus HIV/AIDS Terus Bertambah di Kepri