Tol Laut Jangkau Logistik Suku Terisolir di Papua

Tol laut berhasil menjangkau suku terisolir di pedalaman Papua
Sejumlah buruh pelabuhan mengangkut bahan pangan ke kapal perintis di Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Ambon, Maluku, Kamis (2/9/2021). Kementerian Perhubungan mengizinkan tujuh kapal perintis yang sejak Agustus 2021 berhenti beroperasi karena Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), untuk kembali melayani penumpang dan distribusi barang untuk layanan Tol Laut di wilayah perairan Maluku. (Foto: Antara)

Willem menyebut, jumlah muatan pada Voyage 8 dan 9 pada Trayek T-19 lintas Papua yang mencapai 61 kontainer, demikian juga pada lintasan trayek lainnya di Papua dan Papua Barat pada Trayek T-9 dan Trayek T-11 yang semakin meningkat kemudian diikuti juga peningkatan muatan berangkat pada Trayek T-22, Trayek T-23, Trayek T-24, Trayek T-25 dan bahkan penambahan lintasan layanan Kapal pada Trayek T-26 dapat melayani sampai ke Mumugu di Kabupaten Nduga.

Saat ini terobosan inovasi terbaru Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut, Ditjen Perhubungan Laut telah menambahkan lagi 2 trayek untuk distribusi logistik di wilayah selatan Papua yaitu Trayek T-27 Merauke – Pomako dan Trayek T-28 untuk menjangkau wilayah selatan Papua, NTT dan Maluku, jelas Kasie Lalu Lintas Angkutan Laut dan Usaha Kepelabuhan KSOP Kelas Jayapura ini.

“Dengan demikian tentu dengan semangat Hari Perhubungan Nasional 2021 hal diharapkan dapat dijadikan momentum untuk pasokan distribusi logistik terus dapat menjangkau saudara-saudara kita yang berada di daerah pegunungan dan terisolir, sesuai dengan Tema Harhubnas 2021 Bergerak Harmonikan Indonesia,” Kata Willem.

Ketua Komunitas Medis Papua Tanpa Batas Ruth Yoteni mengatakan bahwa kegiatan pelayanan kesehatan tersebut dilakukan selama dua hari di Kampung Bangai, Gresi Selatan.

“Kegiatan ini merupakan program pelayanan kesehatan Komunitas Medis Papua Tanpa Batas. Sasaran pelayanan kesehatan tidak hanya untuk masyarakat dari Suku Elseng dan masyarakat Kampung Bangai saja, tetapi juga pelayanan kesehatan untuk hewan ternak,” kata Ruth Yoteni.

Kemudian, Anggota DPP Forsemi Ariella A. Yoteni yang juga turut hadir menyampaikan, selain pelayanan kesehatan, juga diberikan bantuan untuk pembangunan rumah pastori dan pembangunan sekolah untuk Suku Elseng.

“Saya tidak punya banyak uang untuk bangun pastori dan gedung sekolah tetapi saya akan bawa orang-orang baik untuk bantu kita di sini,” kata Ariella yang juga Diplomat Muda Kementerian Luar Negeri.

Selanjutnya, Ketua Klasis Kemtuk Pdt. Jhon Anderi menyebutkan bahwa warga kampung Bangai dan Klasis Gresi Selatan mengapresiasi kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Komunitas Medis Papua Tanpa Batas dan supporting system yaitu Forsemi dan KSOP Kelas II Jayapura sebagai salah satu UPT Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan sebagai wujud rasa persaudaraan dan sukacita serta keberadaan negara hadir sampai di daerah 3TP (Terpencil, Terdepan, Tertinggal dan Perbatasan).

“Bantuan yang diberikan oleh anggota Forsemi, Komunitas Medis Papua Tanpa Batas, dan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan kelas II Jayapura dapat mengobati masyarakat Suku Elseng dan Kampung Bangai maupun hewan-hewan yang terjangkit penyakit serta membantu dalam kebutuhan konsumsi sehari-hari,” kata Pdt. Jhon Anderi.

Pewarta : Antara
Redaktur: M Rakhmat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *