DONBAS – Siapa yang sangka di medan perang Rusia-Ukraina ada sesosok bidadari pemberani yang bertempur di garis depan, dan bahkan sudah membantai lebih banyak pasukan Ukraina.
Sosok bidadari tersebut memang sangat misterius, tetapi seluruh Rusia sangat mengenalinya.
Ternyata ia adalah seorang personel militer Rusia, yang bertugas di Batalyon Sukarelawan Spanyol untuk menghalau serangan pasukan Ukraina di wilayah Donbas.
Bidadari yang mematikan di perang Rusia-Ukraina itu adalah seorang penembak runduk (sniper) dengan sandi atau callsign militernya ‘Chernika’ yang berarti Blueberry.
Uniknya, sebagian besar personel yang berada di unit Batalyon Sukarelawan Spanyol tersebut dihuni para penggemar sepak bola. Semuanya berawal saat perang berkecamuk di kampung halamannya Donbas.
Sebab di awal terjadinya peperangan banyak tentara Rusia yang kesulitan, untuk menembus daerahnya yakni Donbas demi mengirimkan bantuan kemanusiaan.
Baca juga: Rusia Kirim MiG-31 dalam Radius Serang ke Grup Kapal Induk AS di Timur Tengah
Si Cantik ‘Chernika’ pun berkisah, sedari kecil ia memang sudah bercita-cita ingin menjadi sniper, hingga saat ini angkat senjata mendukung militer Rusia untuk membebaskan Donbas.
“Saya tinggal di salah satu kota di Donbass. Saya melihat betapa sulitnya bagi militer Rusia mendistribusikan bantuan kemanusiaan. Tetapi, itu tidak cukup bagi saya,” kata Chernika.
“Saya sejak kecil bercita-cita ingin menjadi seorang sniper,” kata Chernika dikutip dari Sputnik.
Usianya yang muda sekitar 20 tahun, tetapi Chernika membuktikan keberaniannya untuk bertempur di garis depan persenjataan lengkap sesuai standar sniper militer Rusia. Wajahnya ditutupi masker balaclava, ia juga dikenal prajurit yang sangat disiplin.
Selama bertempur, Chernika kerap patroli navigasi dengan mengendarai ATV lalu merayap dengan senyap. Hingga suatu saat ia mampu menghancurkan empat unit kendaraan taktis militer Ukraina, yang berisi lusinan prajurit tempur bersenjata lengkap.
Bahkan kendaraan tempur lapis baja M113 buatan Amerika Serikat (AS), yang menjadi korban keganasannya. Aksinya itu yang mendapat penghormatan berupa Medali Keberanian dari Presiden Rusia, Vladimir Putin.