Ini Kata Konselor Puspaga Kepri Soal Kasus Bullying Kembali Terjadi di Bintan

Konselor Puspaga
Konselor dan mediator Puspaga Gurindam Kepulauan Riau (Kepri), Sudirman Latif (Foto:Randi RK/Ulasan.co)

TANJUNGPINANG – Aksi perundungan atau bullying yang tak terpuji kembali terjadi dan viral di media sosial, Jumat 22 Maret 2024 kemarin. Aksi perundungan itu terjadi di Kijang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri).

Dalam video berdurasi 35 detik tersebut terlihat seorang remaja perempuan mengalami pelecehan verbal, dan fisik oleh beberapa remaja perempuan lainnya di sebuah rumah kosong di Kecamatan Bintan Timur.

Aksi bully yang terjadi kali ini bukanlah yang pertama kali terjadi di Kepri, sebelumnya aksi serupa juga terjadi di Kota Batam yang juga melibatkan remaja perempuan.

Lantas kenapa Bully begitu marak terjadi akhir-akhir ini khususnya di Kepri?

Konselor dan mediator Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Gurindam Kepulauan Riau (Kepri), Sudirman Latif mengungkapkan bully merupakan fenomena sosial yang telah lama ada.

“Tapi kalau dulu bully tidak seperti sekarang, dulu ada unsur ‘guyon’ didalamnya dan terjadi karena ada keakraban (kedekatan antar teman) yang luar biasa,” kata Sudirman Latif.

Sementara hari ini menurutnya, bully terjadi justru karena tidak adanya keakraban antar anak atau remaja. Sehingga saat mereka bercanda seringkali terjadi perselisihan yang bisa berujung pada aksis bully.

Selain itu, bully saat ini bukan lagi sekedar guyon namun ada unsur lainnya yaitu pertama bersifat kontinyu (terus-menerus), sehingga membuat sebuah pola dari hari ke hari.

“Walaupun kadang bukan berdasarkan dendam, tapi terbentuk polanya, hari ini dia buat, besok dia buat, lusa dia buat. Jadi semacam rutinitas.” sambungnya.

Kedua, aksi bully kerap direncanakan atau dirancang dengan sengaja. Hal tersebut disebabkan adanya relasi kuasa yang didominasi oleh pihak pembully.

Dominan bukan hanya karena badan besar, kata dia, tetapi bisa juga karena kekuatan kelompoknya.

Kemudian, menurut Sudirman perilaku bully remaja tidak terlepas dari pengaruh media sosial (medsos). Ia menilai, medsos memiliki andil besar membentuk perilaku remaja saat ini.

“Di konten-konten luar kan ada namanya konten prank yang dijadikan bahan candaan, itu yang ditiru,” jelas dia.

Padahal menurut Sudirman, canda itu indikatornya hanya satu yaitu goals-nya untuk membuat bahagia kedua belah pihak yang terlibat.

“Antara yang menyampaikan dan yang mendengar atau yang beraksi dan yang merespon (bereaksi) keduanya bahagia,” tambah Sudirman.

Sementara, jika ada salah satu pihak yang bersedih atau menangis karena tidak bisa membela diri, maka itu bukanlah candaan lagi. Itulah yang disebut bully.

Selain itu, jelas Sudirman, pengaruh film dari luar juga ikut serta dalam membentuk perilaku bullying pada remaja.