Jerman Belum Menanggapi Ukraina Perihal Bantuan Senjata

Jerman
Menteri Pertahanan Jerman Christine Lambrecht bertemu dengan tentara Jerman saat mengunjungi pangkalan militer Rukla, Lithuania, Minggu (19/12/2021). Ints Kalnins/FOC/djo (REUTERS/INTS KALNINS)

Berlin – Menteri Pertahanan Jerman, Christine Lambrecht belum menanggapi Ukraina, perihal permintaan bantuan senjata ditengah ketegangan dengan Rusia.

Lambrecht mengesampingkan Kedutaan Ukraina di Jerman, yang mengirim daftar dengan permintaan khusus kepada Kemenhan dan Kemenlu di Berlin.

Daftar itu meliputi sistem pertahanan misil, alat peperangan elektronik, kacamata penglihatan malam, radio digital, stasiun radar, dan ambulan militer.

Padahal peralatan angkatan bersenjata Jerman sendiri mengalami kekurangan pasokan.

Selain itu, Lambrecht tengah mempertimbangkan untuk mengerahkan pasukan tambahan ke Lithuania.

Pertimbangan tersebut didorong ketegangan yang masih tinggi, atas pembangunan militer Rusia dekat Ukraina.

Dalam wawancara dengan grup media Funke yang disiarkan daring pada Minggu (6/2), dan di surat kabar pada Senin (7/2), Lambrecht mengatakan, Jerman sudah memberikan kontribusi penting di Lithuania dengan memimpin kelompok pertempuran NATO.

“Pada prinsipnya, pasukan tambahan tersedia sebagai bala bantuan. Kami dalam pembicaraan dengan Lithuania saat ini, untuk mencari tahu apa yang tentunya masuk akal dalam hal ini,” katanya.

Baca juga: Putin: AS Memancing agar Perang di Ukraina Terjadi

Rusia telah membantah berencana untuk menyerang Ukraina, tetapi memiliki puluhan ribu pasukan dekat perbatasan negara tetangganya itu.

Kondisi itu mendorong Amerika Serikat mengerahkan sekitar 3.000 pasukan tambahan, guna memperkuat sayap timur NATO di Polandia dan Rumania.

Pasukan pertama AS tiba pada Sabtu (5/2) di pangkalan militer Rzeszow di Polandia tenggara.

NATO sudah mengerahkan empat unit tempur multinasional, dengan total 5.000 pasukan di Polandia, Lithuania, Latvia dan Estonia.

Pasukan tersebut dikirim untuk merespon pencaplokan Rusia, atas wilayah Krimea dari Ukraina pada 2014.

Apa yang disebut dengan kelompok tempur NATO ini yang dipimpin AS, Jerman, Kanada dan Inggris, dimaksudkan untuk menghentikan serangan di wilayah itu dan mengulur waktu bagi pasukan tambahan NATO untuk mencapai lini depan.

Dua pejabat AS mengatakan, Sabtu (05/02) bahwa Rusia memiliki sekitar 70 persen dari kekuatan tempur, yang diyakini akan dibutuhkan untuk serangan skala penuh terhadap Ukraina.