Hai sahabat Ulasan. Sebentar lagi mau Tahun Baru Imlek nih. Nah, sepertinya ada hal menarik untuk dibahas kali ini seputar Imlek.
Sahabat, sadar nggak sih kalau perayaan Tahun Baru Imlek selalu jatuh di bulan Januari atau Februari?
Berbeda dengan Tahun Baru Islam, yang terus bergeser maju jika dihitung dalam kalender masehi.
Sebagai contoh, Tahun Baru Islam tahun 2021 jatuh pada 10 Agustus dan di tahun 2022 jatuh di tanggal 30 Juli 2022.
Sedangkan tahun baru Cina atau Imlek, di tahun 2021 jatuh pada 12 Februari dan tahun 2022 jatuh pada 8 Februari. Sementara Imlek di tahun 2023 ini jatuh pada 22 Januari.
Nah kenapa Imlek selalu jatuh di bulan Januari atau Februari, bagaimana penjelasanya ?
Diketahui, masyarakat Tionghoa kuno memakai dua perhitungan kalender untuk menentukan pergantian tahun. Hal ini berbeda dengan sistem kalender Islam, yang menggunakan perhitungan bulan.
Sehingga Hari Raya umat Islam seperti Idul Fitri selalu berubah setiap tahunnya, baik tanggal maupun bulannya jika dikonversikan ke kalender masehi (menurut pada matahari).
Tetapi Tahun Baru Imlek menggunakan gabungan penghitungan bulan dan matahari, yang disebut lunisolar atau suryacandra.
Melansir dari laman media sosial Bosscha Observatory Institut Teknologi Bandung (ITB), bahwa kalender bulan mengacu pada siklus fase Bulan yang dimulai ketika Bulan baru, dan akan berakhir pada Bulan baru selanjutnya. Satu bulan terdiri dari 29-30 hari dan satu tahun terdiri dari 353-355 hari.
Kalender Tionghoa juga mengikuti siklus fase Bulan tersebut pada umumnya. Namun masyarakat Tionghoa kuno menyadari bahwa revolusi Bumi berlangsung selama 365,24 hari.
Sehingga, dalam satu tahun dalam kalender Bulan berkurang sekitar 11 hari dari satu tahun Matahari.
Mereka pun membagi satu tahun matahari menjadi 24 termin, merujuk pada waktu yang dibutuhkan matahari untuk bergerak 15°, di bidang ekliptik supaya penanggalan mereka sinkron dengan musim. Maka, muncullah bulan ke-13 di kalender lunisolar ini.
Jadi sahabat, dalam kalender orang Tionghoa kuno terdapat 12 atau 13 bulan dalam satu tahun. Sehingga, setiap tahun bisa terdiri dari 353-355 hari atau 383-385 hari.
Konsep bulan ke-13 pada kalender ini mirip seperti kalender Gregorian yang memunculkan tahun kabisat setiap 4 tahun sekali.
Sementara, tahun kabisat di kalender Tionghoa terjadi setiap 2-3 tahun sekali dan akan terdapat 7 tahun kabisat setiap 19 tahun.
Bulan kabisat di kalender Tionghoa ini akan mengikuti jumlah hari dan nama bulan sebelumnya dan bisa terletak di awal, tengah, maupun akhir tahun.
Hal inilah yang membuat perayaan Tahun Baru Imlek selalu jatuh di antara 21 Januari dan 21 Februari. Umumnya merupakan Bulan baru paling dekat dengan musim semi di Bumi belahan utara.
Siklus kalender ini akan berlangsung selama 60 tahun dan setiap satu tahun di kalender Imlek terdiri atas 2 suku, suku langit dan shio. Terdapat 10 suku langit yang merujuk pada 5 elemen dan 12 shio atau zodiak. Antara suku langit dan shio ini akan berjalan selaras, suku langit pertama dengan shio pertama, begitupun seterusnya hingga pasangan ke-60.
Melansir studycli.org, kalender lunisolar masyarakat Tionghoa kuno ini biasanya disebut sebagai nóng lì, yang secara langsung diterjemahkan menjadi “kalender pertanian.” Bulan pertama tahun ini disebut zhēng yuè yang menandai dimulainya siklus tahun baru dan dirayakannya Tahun Baru Imlek.
Tahun penanggalan kalender Tionghoa berakhir dengan bulan musim dingin terakhir yang disebut là yuè.
Itu penjelasannya kenapa Imlek selalu jatuh di bulan Januari atau Februari. Nah sekarang sahabat sudah tahu kan!