Masalah Bau Busuk di Jalan Hang Lekir, Begini Kata Lurah Batu IX

Lurah Batu IX, Edi Susanto (Foto: Muhamad Nurman)

Tanjungpinang – Lurah Batu IX Edi Susanto menanggapi terkait bau busuk di Jalan Hang Lekir, Kecamatan Tanjungpinang Timur, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Ia akan turun ke lokasi mengecek keluhan warganya itu.

Edi menuturkan, pihaknya akan memanggil pemilik usaha, RT dan RW untuk menyelesaikan masalah ini.

“Saya akan diskusikan hal ini bersama pemilik usaha serta jajaran saya, untuk mencari solusinya. Kami akan segera meninjau lokasi untuk memastikannya,” tambah Edi.

Bau busuk yang dikeluhkan warga itu diduga bersumber dari usaha potong ayam di sana. Selama ini bau tak sedap itu selalu dihirup warga sekitar dan pengendara yang melintas.

Terpisah, Kepala Bidang Dinas Perternakan Kota Tanjungpinang Hamerudin menegaskan, jika ada surat pemberitahuan dari kelurahan mengenai keluhan warga terkait hal itu pihaknya bersama pemerintah terkait akan menindak.

“Kalau ada surat dari Lurah saya akan langsung turun, tentunya didampingi dengan teman-teman media serta jajaran saya,” tegas Hamerudin.

Ia mengimbau kepada seluruh pelaku usaha untuk lebih memperhatikan lingkungan, agar tidak ada pihak yang dirugikan.

“Untuk informasi, banyak pelaku usaha yang berjualan di pinggir jalan dan mungkin membuat resah warga, kami juga akan tindak, untuk penindakan nanti kami akan melakukan pembinaan kepada pengusaha,” tutup dia.

Sebelumnya dilaporkan, Marzuki, salah seorang warga setempat mengeluhkannya.ia terganggu dan tidak nayaman harus mencium aroma busuk. Terutama saat menyantap makanan.

“Usaha potong ayam di sana menimbulkan bau tak sedap, kadang sampai hilang selera makan,” kata Marzuki, Selasa (01/06).

Selain mengganggu indera penciuman. Bau busuk itu menyebabkan usaha jual makanan tutup karena kurang pembeli.

“Kasian pengusaha makanan ada sampe tutup, orang tak mau datang dan makan di situ,” katanya.

Warga lainnya, Malia menambahkan, masalah ini sudah pernah didiskusikan dengan dengan pemilik usaha, tapi tidak ada penyelesaian.

“Saya pernah datang ke sana ngobrol sama bosnya supaya limbahnya tak mengganggu, tapi tak ada penyelesaiannya,” ujar Malia. (*)

Pewarta : Muhamad Nurman
Redaktur : Muhammad Bunga Ashab