Puluhan Organisasi Teknologi di Inggris Akan Bangun PLTS di Luar Angkasa

Puluhan Organisasi Teknologi di Inggris Akan Bangun PLTS di Luar Angkasa
Rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga surya yang akan dilakukan oleh Inggris pada 2035 (ANTARA/Space Energy Initiative)

Selain itu, pembangkit listrik tenaga surya berbasis ruang angkasa tidak akan mengalami masalah intermiten, yang mengganggu sebagian besar pembangkit listrik terbarukan di Bumi.

Sebab, Matahari tidak selalu bersinar di planet Bumi dan angin tidak bertiup secara konsisten. Itu berarti generator listrik alternatif atau penyimpanan baterai harus tersedia untuk mencegah pemadaman listrik dalam cuaca yang tidak menguntungkan.

Ruang, di sisi lain, akan memberikan output daya yang konsisten. Teknologi yang akan membuat sistem kelistrikan bekerja hanya berdasarkan energi terbarukan berbasis bumi belum ada.

“Teknologi penyimpanan energi belum ada dengan harga dan skala yang tepat. Kami membutuhkan teknologi lain, karena kami tidak memiliki rencana yang bertambah. Net-zero akan sangat sulit dan tenaga surya berbasis ruang angkasa dapat memberikan opsi yang menarik,” ujar Soltau.

Inggris dapat menutupi lebih dari 40 persen kebutuhan listriknya saat ini dengan energi terbarukan, tetapi permintaan energi bersih akan meningkat tiga kali lipat selama tiga dekade ke depan. Sebab menurut Soltau, infrastruktur transportasi dan pemanas mengurangi bahan bakar fosil.

Untuk memenuhi permintaan seperti itu dengan ladang angin lepas pantai, jenis teknologi terbarukan yang saat ini memberikan kontribusi terbesar bagi bauran energi Inggris, akan membutuhkan sebuah pita turbin selebar 10 kilometer (6.2 mil) di sekitar seluruh pantai daratan Inggris.

Jejak infrastruktur berbasis darat yang dibutuhkan untuk pembangkit listrik tenaga surya yang mengorbit akan jauh lebih kecil.

Untuk menerima energi dari luar angkasa, sistem akan membutuhkan antena raksasa berbasis di Bumi, yang disebut rectenna. Rectenna menerima radiasi gelombang mikro yang dikirim dari luar angkasa dan mengubahnya menjadi listrik arus searah, yang digunakan untuk transmisi tegangan tinggi.

“Rectenna itu seperti jaring terbuka besar dengan antena dipol kecil dan harus berukuran 7 kali 13 kilometer (4,3 hingga 8 mil). Itu sangat besar, tetapi dalam konteks Inggris, itu hanya akan menempati sekitar 40 persen dari luas ladang tenaga surya yang setara,” jelas Soltau.

Berbicara pada konferensi yang sama, Andrew Ross Wilson, seorang peneliti teknik kedirgantaraan di Universitas Strathclyde, Skotlandia, setuju bahwa pembangkit listrik tenaga surya berbasis ruang angkasa adalah konsep yang realistis.

“Konsepnya sudah ada sejak tahun 1960-an,” katanya

Namun Wilson juga mempertanyakan apa yang akan terjadi jika pembangkit raksasa tersebut telah mencapai akhir hidupnya.

“Kita perlu mencoba dan melihat daur ulang di orbit untuk benar-benar menuju ekonomi yang lebih melingkar,” ujar Wilson.

Masyarakat mungkin khawatir dengan potensi radiasi dari pancaran listrik ini, namun menurut Wilson risikonya bisa diabaikan.

“Anda mungkin lebih banyak menerima radiasi dari ponsel di saku Anda daripada jika Anda berdiri di bawah salah satu panel,” katanya.

Soltau menambahkan bahwa rencana tersebut telah mengumpulkan dukungan di pemerintah Inggris serta beberapa ahli energi.

“Fitur tenaga surya berbasis ruang angkasa dalam Strategi Luar Angkasa Nasional. Dan ada dana awal 3 juta poundsterling (3,7 juta dolar) untuk mengembangkan beberapa teknologi pendukung sebagai bagian dari portofolio inovasi net-zero,” pungkasnya.