JAKARTA – Setiap 21 April di Indonesia memperingari Hari Kartini. Kartini merupakan sosok emansipasi wanita ini yang bisa membuktikan tentang kegigihan dan keuletan para perempuan dalam memajukan Indonesia.
Raden Ajeng Kartini adalah seorang tokoh Jawa dan pahlawan nasional Indonesia yang dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Lahir dari keluarga bangsawan, Kartini sempat mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) meski hanya sampai usia 12 tahun, meski demikian semangatnya untuk terus belajar tidak pernah padam.
Kartini kemudian menulis surat-surat yang berisi tentang pemikirannya terhadap kesetaraan gender, kesamaan kelas sosial dan budaya serta masalah umum lain yang terjadi di Indonesia. Sebagian tulisannya juga dimuat majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie.
Baca juga: Daftar 3 Wanita Terkaya di Indonesia, Punya Harta 21 Triliun
Setelah Kartini wafat, kumpulan surat yang pernah dikirimkan Kartini kepada teman-temannya di Eropa diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul “Door Duisternis tot Licht” yang berarti “Dari Kegelapan Menuju Cahaya” pada tahun 1911. Balai Pustaka kemudian menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran” di tahun 1922.
Buku tersebutlah yang menjadi inspirasi bagi banyak orang termasuk para tokoh kebangkitan nasional Indonesia. Buah pemikirannya berkembang hingga saat ini dan jauh melewati apa yang dicita-citakan Kartini untuk perempuan tanah air.
Kartini masa kini pun banyak ditemukan di Indonesia. Para perempuan telah mampu membuktikan dengan kegigihan dan keuletannya yang berperan besar dalam kemajuan Indonesia baik di bidang pendidikan, kebudayaan, ekonomi, teknologi hingga lingkungan. Mereka memberdayakan masyarakat sekitar, menyampaikan isu-isu tentang perempuan melalui karya serta langkah nyata hingga membuktikan bahwa perempuan juga bisa maju.
Maudy Ayunda
Tak hanya berbakat di seni peran dan musik, Maudy juga memiliki kemampuan akademis yang luar biasa. Pencapaiannya dalam bidang pendidikan menjadi inspirasi bagi banyak anak muda Indonesia.
Maudy menyelesaikan program sarjana di Universitas Oxford, Inggris dengan jurusan Politik, Filosofi dan Ekonomi serta menjadi mahasiswa Indonesia pertama yang mengambil studi tersebut. Sebelumnya, dia sempat kebingungan memilih antara berkuliah di Universitas Colombia, Amerika atau Oxford.
Baca juga: Napak Tilas di Rumah Kelahiran Bung Hatta, Proklamator yang Taat Beribadah
Setelah lulus S1, pelantun “Perahu Kertas” ini diterima di kampus unggulan dunia yakni Universitas Harvard dan Stanford untuk program pascasarjana. Keduanya sempat membuat Maudy bimbang, namun pilihan akhirnya jatuh pada Universitas Stanford.
Tak tanggung-tanggung, Maudy langsung mengambil dua jurusan sekaligus yakni Administrasi Bisnis dan Pendidikan. Keduanya diselesaikan dalam dua tahun di waktu yang bersamaan.
Dengan prestasi akademis, keterlibatannya yang aktif di dunia musik dan seni peran, Maudy masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia 2021. Namanya bersanding dengan Bae Suzy, IU, Nam Joo Hyuk, Jackson Wang, Hwasa dan lainnya.
Pemain film “Losmen Bu Broto” ini juga mendirikan Maudy Ayunda Foundation sebagai bentuk kepeduliannya terhadap anak-anak muda Indonesia. Yayasan ini berfokus pada program beasiswa untuk anak-anak miskin dan mentoring.
Yang terbaru, Maudy ditunjuk oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate sebagai Juru Bicara Presidensi G20 Indonesia karena dianggap bisa memberikan dampak sekaligus dapat menjangkau masyarakat luas melalui prestasinya, terlebih untuk merangkul generasi Z.