JAKARTA – Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araghchi menegaskan, Iran akan menganggap negara mana pun yang menyediakan wilayah udaranya untuk membantu Israel sebagai musuh.
Pernyataan itu disampaikan Abbas Araghchu menyusul adanya peran Yordania yang turut membantu menembak jatuh rudal Iran yang ditembakkan ke Tel-Aviv, Israel pada Selasa 01 Oktober 2024.
Tindakan Yordania yang ‘membela’ Israel disebut telah menerima bantuan militer dari Amerika Serikat (AS) senilai lebih dari US$1 miliar atau setara Rp15 triliun per tahun seperti yang dilaporkan, The Guardian.
Iran meluncurkan lebih dari 180 rudal balistik dan hipersonik ke Israel, sebagai balasan atas genosida yang terjadi di Palestina dan Lebanon.
Serangan itu juga diklaim balasan atas kematian pemimpin milisi Hamas Palestina, Ismail Haniyeh, dan pemimpin Hizbullah Lebanon, Hassan Nasrallah.
Ketika serangan terjadi, pasukan militer Yordania menyatakan, sistem pertahanan udara dan angkatan udaranya menembak jatuh sejumlah rudal dan drone yang melintasi wilayah udara Yordania.
Serangan rudal yang dilaporkan itu kemungkinan memang berasal dari Iran. Namun serangan drone tampaknya keliru, lantaran Iran hanya meluncurkan peluru kendali.
Juru bicara pemerintah Yordania, Mohammad Momani, mengatakan pada Rabu 02 Oktober 2024 bahwa tiga orang terluka akibat terkena serpihan rudal.
Momani juga menegaskan, pemerintah tidak akan mengizinkan apa pun yang mengganggu stabilitas Yordania.
“Yordania tak akan menjadi medan perang,” ucap Mohammad Momani
Baca juga: Serang Israel, Rudal Hipersonik Fattah Milik Iran Tiba 11 Menit Tempuh 1,585 Kilometer
Selama agresi Israel di Jalur Gaza Palestina, Negeri Zionis sudah dua kali terlibat bentrok dengan Iran, dan keduanya saling meluncurkan serangan udara.
Bentrokan pertama terjadi April, ketika Iran menyerang Israel dengan rentetan pesawat nirawak.
Serangan pada 13 April itu merupakan balasan atas serangan bom Israel terhadap gedung konsulat Iran di Damaskus, Suriah, 01 April 2024.
Itu merupakan serangan pesawat tak berawak terbesar yang pernah ada, yang dimaksudkan untuk mengalahkan pertahanan anti-pesawat Israel.
Serangan itu juga merupakan yang pertama kalinya bagi Israel diserang secara langsung oleh militer negara lain sejak serangan rudal Irak pada 1991 silam.
Serangan tersebut dibalas Israel beberapa hari setelahnya, dengan menyerang fasilitas pertahanan udara Iran di dekat Isfahan, Iran tengah.
Rudal-rudal Israel pun dilaporkan merusak bahkan menghancurkan rudal permukaan-ke-udara milik Iran.
Pada Selasa 01 Oktober 2024 malam, Iran dan Israel kembali terlibat bentrok langsung setelah nyaris 200 rudal balistik dan hipersonik Teheran diluncurkan ke Tel Aviv.
Militer Israel mengklaim sebagian besar rudal berhasil dicegat. Namun beberapa di antaranya juga sukses menembus sistem pertahanan udara canggih Israel, Iron Dome.
Pada serangan kali ini, Iran mengeklaim sebagai balasan atas genosida Israel di Palestina dan Lebanon. Iran juga mengaku serangannya untuk membalas kematian pemimpin Hamas Palestina Ismail Haniyeh dan pemimpin Hizbullah Lebanon Hassan Nasrallah.