KRI Pulau Fani dan KRI Pulau Fanildo Resmi Perkuat TNI AL

KRI Pulau Fani yang diluncurkan KSAL Laksamana TNI Yudo Margono di galangan kapal Abeking Rasmussen, Jerman, Selasa (11/10). (Foto:instagram/martin_tolle)

JAKARTA – Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono resmikan dua kapal anti peperangan ranjau atau Mine Counter-Measure Vessel (MCMV) di galangan kapal Abeking & Rasmussen (A&R) Shipyard, Lemwerder, Jerman.

Kedua kapal 60 meter tersebut resmi memperkuat TNI Angkatan Laut, lewat acara pemberian nama atau Ship Naming yaitu KRI Pulau Fani dan KRI Pulau Fanildo, sekaligus peluncuran satu kapal yaitu KRI Pulau Fani-731, Selasa (11/10).

Ship Naming kedua kapal pada seremonial itu diberikan Ibu Vero Yudo Margono selaku “Ibu Kandung Kapal” dengan prosesi pemotongan tali pengikat kendi untuk pemecahan kendi ke badan kapal. Selanjutnya, Ibu Wamenhan menekan tombol nama kapal.

Sementara peluncuran KRI Pulau Fani ditandai dengan memotong tali tambat kapal, dengan menggunakan kampak oleh KSAL Laksamana TNI Yudo Margono, tulis dispenal.

KRI Pulau Fani dan KRI Pulau Fanildo bikinan A&R Jerman ini, dilengkapi peralatan berteknologi canggih anti peperangan ranjau dan yang modern dari pada kapal yang digunakan TNI AL saat ini.

Keistimewaaan KRI Pulau Fani dan KRI Pulau Fanildo diantaranya konstruksi kapal berbahan baja non magnetik, yang sementara ini bahan tersebut hanya ada di galangan luar negeri.

Bahan baja non magnetik memiliki degausing system, untuk mengurangi kemagnetan kapal, dan dilengkapi penggerak motor elektrik untuk mengurangi tingkat kebisingan.

Baca juga: Litbang TNI AD Berhasil Kembangkan Radar Surveillance Arhanud
KSAL Laksamana TNI Yudo Margono ketika meresmikan dua kapal perang anti peperangan ranjau KRI Pulau Fani dan KRI Pulau Fanildo di galangan Abeking Rasmussen, Jerman.

Selain itu, dimensi kapal yang lebih besar dengan panjang 61,4 m dan lebar 11,1 m. Dilengkapi peralatan sonar terbaru yang mampu mendeteksi dan mengklasifikasi kontak di bawah air.

KRI Pulau Fani dan KRI Pulau Fanildo memiliki perangkap ROV (Remotely Operated Vehicle), untuk identifikasi dan netralisasi ranjau, AUV (Autonomous Underwater Vehicle) untuk membantu mendeteksi dan mengklasifikasi kontak bawah air, serta akan dilengkapi dengan USV (Unmanned Surface Vessel), yakni kapal tanpa awak untuk pemburuan dan penyapuan ranjau.

Pembangunan kapal perang ini merupakan program prioritas KSAL, yang berkomitmen meningkatkan dan mengembangkan kekuatan dan kemampuan pertahanan secara professional, khususnya pertahanan matra laut yang syarat dengan tekhnologi dan perkembangannya sangat dinamis.

Laksamana TNI Yudo Margono menjelaskan, urgensi pengadaan kedua kapal tersebut dikarenakan Indonesia memiliki laut yang sangat luas. Di mana 2/3 wilayah Indonesia terdiri dari lautan yang masih banyak terdapat ranjau laut peninggalan Perang Dunia II.

Selain itu, karena dinamisnya perkembangan teknologi persenjataan ranjau saat ini. Sehingga, TNI AL harus memiliki kapal perang berteknologi canggih untuk menghadapi tantangan penugasan yang mumpuni.

“TNI AL perlu kapal MCMV canggih untuk menjaga perairan Indonesia aman, bebas dari gangguan dan ancaman senjata bawah air terutama ranjau, serta untuk membersihkan perairan Indonesia yang masih memiliki potensi bahaya ranjau,” tutup Laksamana TNI Yudo Margono.

Baca juga: Tim Opsreq TNI AL Tinjau Kapal Perang Ranjau Pesanan Kemhan di Jerman