“Paru-paru Dunia” yang Kian Terkikis

"Paru-paru Dunia" yang Kian Tergerus
Kondisi hutan di Kalimantan. Foto: Getty Images/Bay Ismoyo/WWF

Dalam proses pembangunannya, pemerintah juga menawarkan investor asing. Sejauh ini belum ada komitmen pasti, namun sejumlah negara seperti Uni Emirat Arab, Uni Eropa, Amerika Serikat, China hingga negara tetangga, Singapura sempat melontarkan ketertarikannya untuk berinvestasi di ibu kota yang baru itu.

Kendati demikian, pemerintah saat ini terus menggesa tahapan pembangunan dengan melakukan berbagai persiapan termasuk menyusun rencana induk pembangunan ibu kota baru tersebut. Kemudian, pembangunan istana negara dan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) akan dimulai pada tahun ini. Infrastruktur dasar seperti jalan, air bersih, dan sanitasi menjadi prioritas.

Kondisi Hutan Kalimantan

Tahun 2021 lalu, bencana banjir melanda hampir 10 kabupaten/kota di Kalimantan Selatan. Insiden itu mengundang perdebatan dan gemuruh protes dari aktivis dan pegiat lingkungan hingga warganet di jejaring sosial. Bagaimana tidak, Kalimantan yang memiliki puluhan juta hektare itu mengalami banjir berhari-hari.

Ilustrasi – Deforestasi hutan Kalimantan.

Sebuah gambar peta deforestasi di Pulau Kalimantan dari tahun 1950, 1985, 2000, 2005, 2010, dan 2020, ramai diunggah dan diperbincangkan pengguna media sosial. Salah satu yang mengunggah adalah Marco Kusumawijaya, eks anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) DKI Jakarta. Peta menunjukkan perubahan luas tutupan hutan yang terus mengikis sepanjang tahun 1950-2005.

Baca juga: Ngabalin: IKN Wajah Baru Indonesia dalam Membangun Peradaban

Berdasarkan peta itu, pada 1950 warna hijau masih mendominasi wajah Pulau Kalimantan. Namun warna hijaunya perlahan memudar pada 1985 dan semakin memudar pada tahun 2000 dan 2005. Warna hijau Pulau Kalimantan digusur oleh warna putih yang menandakan deforestasi.

Dalam peta tersebut juga digambar proyeksi deforestasi pada 2010 dan 2020. Pulau Kalimantan, berdasarkan proyeksi peta tersebut, hanya akan menyisakan sedikit kawasan hutannya.

Gambar peta Kalimantan itu dibuat oleh seorang kartografer bernama Hugo Ahlenius pada 2007 silam untuk menggambarkan tersingkirnya ruang hidup orangutan di Kalimantan. Peta dimuat oleh GRID-Arendal, organisasi nonprofit di bidang lingkungan hidup yang bekerjasama dengan Badan Lingkungan Hidup PBB (UNEP).

Pada 2007 peta itu dijadikan bahan analisa oleh PEACE (Pelangi Energi Abadi Citra Enviro) dalam studi berjudul “Indonesia and Climate Change: Current Status and Policies”. Dalam studi itu, PEACE memproyeksi angka deforestasi di Kalimantan akan mencapai 2 juta per tahun.

Kemudian, pada 2009 peta tersebut dikutip seorang peneliti yang tulisannya dimuat dalam Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan yang diterbitkan oleh Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.