Permainan Aktif Baik untuk Perkembangan Fisik dan Motorik Anak

Permainan Aktif Baik untuk Tumbuh Kembang Fisik dan Motorik Anak
Ilustrasi orangtua dan anak aktif bermain (ANTARA/Shutterstock/Olesia Bilkei)

Jakarta – Permainan yang bersifat aktif sangat ideal untuk perkembangan, dan pertumbuhan fisik anak serta motorik anak.

Hal itu disampaikan seorang Psikolog klinis dan keluarga dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Pritta Tyas Mangestuti.

Pritta menjelaskan, inti penting dari bermain adalah membuat anak bergerak secara fisik dan aktif untuk berpikir.

Jika obyek atau mainannya yang lebih aktif, dan menjadikan pasif lebih baik dihindari.

Baca juga: Danrem 033/WP: Anak Perlu Dukungan Psikologis di Masa Pandemi COVID-19

“Jadi permainan yang ideal adalah yang membuat anak aktif, bukan malah mainannya yang aktif anaknya pasif. Bermain itu melibatkan fisiknya dia, berpikir dan bergerak,” ujar Pritta dalam acara “Bebas Mainkan Sesukamu” pada Sabtu (6/11).

Untuk membuat anak mengekspresikan emosi dan imajinasinya, kata dia, orangtua perlu untuk memiliki sudut pandang seperti anak-anak.
Jika tidak, orangtua dan anak akan kesulitan untuk melakukan permainan bersama.

“Orangtua kadang tidak bisa melihat artinya mainan buat anak. Kayak misalnya dia melompat-lompat atau menirukan suara tertentu, orangtua yang tidak mau mengerti akan bilang ngapain sih,” kata Pritta.

“Gerakan-gerakan ini sangat berarti buat dia. Terus bermain ini kalau semakin sederhana alatnya, bisa menstimulasi anak untuk membuat imajinasinya dia menjadi nyata jadi simbol buat dia, ada kan anak yang suka main dengan peralatan dapur,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Pritta menjelaskan, bahwa ide bermain dengan anak bisa disesuaikan berdasarkan tahap perkembangannya.

Baca juga: Anak-anak Pulau Air Raja Batam Antusias Belajar Tari Tradisional

Terpenting, orangtua harus membiarkan anak untuk memilih permainan.

Selain itu, sebisa mungkin orangtua tidak memaksakan anak harus bermain mainan tertentu lantaran sedang tren atau ingin membuat si kecil memiliki bakat tertentu.

“Untuk menentukan ide bermain adalah amati dulu anaknya, jangan terlalu banyak memasukkan agenda kita nanti jadi belajar bukan bermain. Kalau dia lagi ingin role play ya kita ikuti, kalau dia senang lari-lari berarti kebutuhannya ingin lebih banyak gerak,” kata Pritta.

Menurut Pritta, orangtua juga harus menikmati momen saat bermain dengan anak. Jika orangtua acuh tidak acuh bermain, maka anak pun akan merasa bahwa bermain bukanlah hal yang menarik.

“Kalau main sama anak nikmati saja prosesnya, jangan diagendakan harus ini harus itu. Bermain adalah inisiatif dari anaknya,” ujar Pritta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *