TNI Dapat Tambahan 18 Medium Tank ‘Harimau’ Karya Anak Bangsa

Medium tank Harimau bikinan dalam negeri PT Pindad sedang diuji coba olah gerah medan pasir. (Foto:Dok/Istimewa/SM))

BANDUNG – PT Pindad akhirnya mendapatkan order 18 unit tank kelas medium yang diberi nama Harimau dari Kementerian Pertahanan (kemhan) RI.

Tank ringan produksi anak bangsa yang dikembangkan bersama FNSS Turkiye tersebut, nantinya bakal menambah kekuatan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Sebelumnya, Kemhan juga resmi memesan 5.000 unit kendaraan taktis (Rantis) Maung yang murni buatan Pindad.

“Saat ini kami sedang menyelesaikan 18 unit tank pesanan (Kemenhan) Kementerian Pertahanan. Tahun ini harus selesai semua,” kata Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose, dikutip, Rabu (20/9/2023).

Menurut Abraham, pihaknya sedang mengejar penyelesaian produksi tank kelas medium tersebut. Kemhan merupakan pembeli pertama, setelah sebelumnya telah menyelesaikan semua tahapan rancang bangun dan uji coba.

Tank Harimau ini adalah hasil kerja sama dengan Turkiye. Sedangkan saudara sesama prototipe di Turkiye diberi nama Kaplan.

Menurut Abraham Mose, tank medium Harimau tersebut nantinya akan digunakan oleh divisi Kavaleri sekaligus menambah kekuatan pemukul utama TNI.

Sebelumnya dalam kunjungan ke Pindad, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sempat memberikan beberapa masukan terkait industri pertahanan dalam negeri.

Presiden meminta agar Pindad terus melakukan inovasi persenjataan, agar bisa disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan zaman.

Harimau/Kaplan MT

Tank medium Harimau terlahir dari program yang digagas tahun 2015 lalu, dari program yang disebut Modern Medium Weight Tank.

Berat Harimau 32 hingga 35 ton (tergantung konfigurasi), dan diawaki tiga orang yakni komandan, pengemudi dan petembak.

Lapisan Armor dasar anti peluru lambungnya terbuat dari komposit baja, dengan perlindungan mencapai STANAG 4569 Level 4 dari sudut mana pun (dapat menahan peluru AP hingga 14,5 mm pada jarak 200m).

Namun tingkat perlindungannya dapat ditingkatkan hingga Level 5 (meriam otomatis 25 mm). Menariknya, meskipun lambung kendaraan terbuat dari baja, turretnya terbuat dari aluminium (dengan tingkat perlindungan yang sama).

Hal ini disebabkan oleh fakta , bahwa tank tersebut menggunakan menara Cockerill 3105 yang tersedia secara komersial oleh John Cockerill (sebelumnya dikenal sebagai CMI Defense), bersama dengan senjata dan sistem elektronik miliknya (beberapa prototipe Turki sebelumnya menampilkan menara Cockerill lainnya, CT- CV satu).

Solusi ini memungkinkan produsen untuk menjaga bobot dan harga tetap rendah dan ringan, sehingga lincah bermanuver di medan tempur.

Baca juga: Kemhan Pesan Rantis Maung 5.000 Unit Buatan Pindad Bandung
Grafis spesifikasi teknis medium tank Harimau Pindad. (Foto:Dok/Pindad)

Menara meriam Cockerill 3105 dipersenjatai dengan senapan bertekanan tinggi Cockerill 105mm, yang dimuat secara otomatis (walaupun tanpa kemampuan menembak Falarick ATGM yang ditawarkan secara komersial).

Meriam ini sepenuhnya distabilkan dan ditenagai oleh magasin turret 12 putaran. Laju tembakan nominal adalah 8 peluru per menit, dan semua peluru standar NATO 105mm dapat ditembakkan serta cangkang APFSDS M1060CV khusus milik Cockerill, yang mampu menembus lapis baja 560mm, pada sudut 60 derajat pada jarak 2 km. Pistol dapat terangkat hingga +42 derajat dan ditekan hingga -10 derajat.

Segi mobilitasnya dipastikan, Harimau dipasangi suspensi yang agak konvensional namun kokoh bersama dengan mesin diesel Caterpillar C13 12,5 liter inline 6 silinder twin turbocharged.

Mesin tersebut mampu memuntahkan tenaga 520hp, atau dapat disetel hingga 711hp (sumber bervariasi). Ada pula transmisi otomatis Caterpillar Allison X300 dan memungkinkan Harimau berlari mencapai kecepatan 70 km/jam.

Untuk proteksinya, tank ini sangat tahan terhadap ranjau. Lantaran bagian bawah berbentuk V, dan dapat menahan ledakan 10 kilogram TNT dan diduga dapat ditingkatkan dengan modul berikut:

-PULAT APS Turki (yang kurang lebih merupakan salinan dari sistem Zaslon Ukraina)
-Sistem peringatan laser (yang tampaknya tidak menjadi standar)
-Sistem deteksi anti-sniper (menunjukkan kepada kru dari mana asal tembakan) sistem Identification Friend or Foe (IFF).