Perusahaan Senjata AS Untung Puluhan Triliun dari Perang Ukraina-Rusia dan Israel-Hamas

Para pekerja tengah memproduksi peluru artileri 155mm di Scranton, Pennsylvania. (Foto:Doc/Brendan McDermid/Reuters)

JAKARTA – Perusahaan-perusahaan pemasok senjata Amerika Serikat (AS) raup untung puluhan triliun dari perang antara Ukraina-Rusia serta Israel-Hamas.

Pendapatan kontraktor pertahanan AS mulai meningkat sejak tahun 2022, lantaran pelanggan seperti AS mengirimkan pasokan bantuan senjata ke Ukraina.

Selain itu, negara-negara di seluruh Eropa juga meningkatkan pesanan untuk mempersenjatai diri serta mewaspadai agresi militer Moskow.

Beberapa perusahaan kontraktor pertahanan AS seperti Lockheed Martin, General Dynamics dan lainnya diperkirakan memperoleh pesanan ratusan ribu peluru artileri, ratusan rudal pencegat Patriot.

Kemudian lonjakan pesanan juga terjadi untuk kendaraan lapis baja di tahun ini. Kondisi itu dalam beberapa bulan ke depan akan mendukung hasil mereka di kuartal mendatang.

Kontrak baru untuk memasok Ukraina secara langsung atau mengisi ulang senjata AS yang dikirim ke Ukraina ditandatangani akhir tahun lalu, dan sekarang pendapatan mengalir ke kontraktor pertahanan besar.

Lockheed Martin, General Dynamics dan RTX (RTX.N) semuanya melaporkan hasil pesanan alat pertahanan yang meningkat lebih baik dari perkiraan.

Bahkan para eksekutif memperkirakan, konflik di Ukraina dan perang Israel dengan pejuang Hamas akan meningkatkan permintaan dalam jangka pendek.

Baca juga: 8 Warga India Dijatuhi Hukuman Mati Atas Tuduhan Spionase Kapal Selam Qatar

“Kami telah meningkatkan penjualan dari 14.000 peluru (artileri) per bulan menjadi 20.000 peluru dengan sangat cepat. Kami bekerja lebih cepat dari jadwal untuk mempercepat kapasitas produksi hingga 85.000, bahkan mencapai 100.000 peluru per bulan,” kata Jason Aiken, General Dynamics’ Chief Financial Officer, dikutip dari Reuters, Ahad (29/10/2023) lalu.

“Saya pikir situasi Israel hanya akan memberikan tekanan pada permintaan tersebut,” tambahnya.

Selain itu, Unit Sistem Tempur General Dynamics yang membuat kendaraan lapis baja, tank, dan artileri yang digunakan Ukraina, mengalami peningkatan pendapatan hampir 25 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun 2022 lalu.

Perusahaan pertahanan RTX yang membuat roket AMRAAM untuk digunakan di Ukraina mengatakan, bahwa mereka telah menerima pesanan senilai USD 3 miliar atau lebih dari Rp46,5 triliun sejak invasi Rusia pada Februari 2022.

Pesanan itu terkait dengan dukungan persediaan untuk perang Ukraina, dan perusahaan tersebut mengharapkan lebih banyak pesanan lagi.

Penjualan kuartal ketiga, untuk segmen Sistem Pertahanan Northrop Grumman naik 6 persen, karena tingginya permintaan akan amunisi dan motor roket yang digunakan dalam sistem peluncuran roket berganda (GMLRS).

Alutsista itu memainkan peran penting dalam mendukung upaya pertahanan Ukraina melawan kekuatan Rusia. Meningkatnya penjualan kontraktor pertahanan merupakan tren global.

Baca juga: Ukraina Diduga Jual Senjata Bantuan dari AS dan NATO ke Timur Tengah
Sistem peluncur roket artileri HIMARS buatan Amerika Serikat (AS) yang digunakan tentara Ukraina untuk menyerang Rusia. (Foto:US Army)

Saab, perusahaan senjata asal Swedia menaikkan prospek penjualan dalam setahun penuh didukung oleh permintaan pertahanan yang kuat.

Sementara, Rheinmetall Jerman melaporkan, laba kuartal ketiga melonjak karena kuatnya permintaan senjata dan amunisi.

Terbaru AS menggelontorkan bantuan untuk Ukraina, Israel serta kawasan Indo-Pasific dan penegakan perbatasan sebesar USD 106 miliar.

Presiden AS, Joe Biden pada 20 Oktober 2023 lalu mengatakan, sebagian dari permintaan tambahan tersebut akan diberikan kepada perusahaan-perusahaan senjata yang dikirim ke luar negeri.

Para eksekutif dari beberapa perusahaan pertahanan pada pameran dagang baru-baru ini memperingatkan, bahwa kurangnya tenaga kerja terampil dan masalah rantai pasokan terus menghambat kapasitas perusahaan untuk memenuhi pesanan.

“Rantai pasokan, sejujurnya, masih ada, dan saya pikir kami memperkirakan akan tetap berada pada apa yang saya sebut rapuh,” kata Aiken dari General Dynamics.

“Saya tidak berpikir hal itu akan kembali seperti apa yang kita lihat sebelum pandemi di masa mendatang,” tambah dia.

Lockheed Martin pada 17 Oktober 2023 mengatakan, gangguan pasokan dan tenaga kerja memengaruhi divisi seperti aeronautika, yang membuat jet tempur F-35 canggih, karena kebutuhan akan rakitan prosesor, motor roket padat, pengecoran dan penempaan.