Pembelajaran Daring dan Dampaknya

Pembelajaran Daring dan Dampaknya
Fanny Adefaiza dari Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Penulis Fanny Adefaiza
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Maritim Raja Ali Haji

Dunia sedang tidak baik-baik saja. Adanya wabah penyakit menular, Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang membuat penderitanya berakibat fatal hingga meninggal dunia. Begitu juga sistem pendidikan yang juga sangat berdampak didalamnya.

Bukan hanya pendidikan namun perekonomian dan segala aktivitas manusia cukup terganggu dengan adanya wabah penyakit ini. Banyak dari kagiatan yang bisa dilakukan harus dihentikan sementara sampai semua kembali normal.

Dunia pendidikan yang sangat memperihatinkan karena anak-anak sekolah tidak bisa beraktivitas seperti biasa. Mereka dituntut untuk bisa bersekolah dari rumah yang diharuskan oleh pemerintah pusat agar menggurangi jumlah pasien yang terdampak wabah COVID-19.

Pembelajaran daring (Online) yaitu pemebelajaran tanpa tatap muka langsung di mana guru dan siswa tidak di tempat yang sama tetapi pembelajaran dilakukan dengan media internet.

Dalam dunia sekolah seperti ini adalah hal baru bagi guru yang mengajar di mana mereka tetap harus mengajar dengan konsisten agar pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan para peserta didik dapat mengerti materi yang akan diajarkan.

Baca juga: Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pendidikan

Guru juga dituntut agar bisa mengolah, kreatif, dan lebih aktif dalam pembelajaran, agar pembelajaran tetap dapat berjalan dan mengurangi serta mencegah kebosanan siswa dalam pembelajaran daring tersebut.

Bukan hanya guru yang mendapatkan masalah dalam pembelajaran daring, siswa juga banyak mendapatkan masalah. Didalam penerapan sistem daring ini siswa dituntut banyak hal salah satunya agar bisa memahami materi yang disampaikan secara tidak langsung.

Faktor-faktor yang memicu masalah yang dihadapi siswa ada beberapa hal seperti siswa yang tidak memiliki ponsel sementara ponsel merupakan hal paling terpenting didalam penerapan sistem ini. Kemudian, siswa yang kurang memahami internet dengan baik dan kusilitan dalam menggunakannya, dan internet yang belum memadai dibeberapa wilayah yang membuat terhambatnya pembelajaran karena selain ponsel internet yang baik juga sangat berpengaruh didalam proses pembelajaran.

Faktor-faktor ini adalah tantangan yang baru untuk siswa serta orang tua yang harus memfasilitasi semua persiapan dan perlengkapan anak dalam proses pembelajaran daring, namun tidak semua orang tua yang memahami internet yang juga dapat mengahmbat proses pembelajaran.

Kurangnya interaksi fisik antara guru dan siswa yang menjadi kesulitan. Guru hanya memberikan tugas melalui via whatsapp yang membuat anak kurang memahami apa yang ditugaskan karena kurangnya penjelasan-penjelasan.

Baca juga: Problematika Pendidikan Indonesia di Masa Pandemi Covid-19

Guru menuntut siswa agar menyelesaikan tugas dengan baik, sedangkan siswa binggu dengan penjelasan yang kurang rinci terhadap setiap tugas. Akibatnya banyak siswa yang mengeluh dan tidak sedikit yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan.

Bahkan disaat guru dan siswa berinteraksi langsung seperti disaat belum adanya wabah ini, banyak siswa yang mengeluh tidak mau bersekolah karena malas. Menurut data dari KPAI disaat pembelajaran daring saat ini sudah tercatat 75 persen kasus siswa yang berhenti sekolah yang sudah tecatat di bulan maret lalu untuk jenjang SMA/SMK.

Banyak anak yang berhenti sekolah, ada beberapa faktor yakni misalkan siswa tidak bisa membayar SPP sehingga menunggak yang dikarenakan banyak orang tua yang di PHK. Banyak siswa yang berpikir lebih baik bekerja daripada bersekolah disaat seperti ini dan membantu memperbaiki ekonomi keluarga yang terkena dampak wabah penyakit ini. Ada juga siswa yang tidak pernah mengerjakan tugas selama pembelajaran berlangsung karena bermain game diponsel mereka dan berakibatnya tidak naik kelas dan lebih memutuskan untuk berhenti bersekolah saja.

Namun, bukan hanya dunia pendidikan yang sangat terpuruk saat ini, dunia perekonomian juga sangat berdampak yang membuat banyak kepala keluarga harus diberhentikan.

Bukan berarti disaat dunia terpuruk kita harus terlarut didalamnya tetapi kita harus lebih bersemangat lagi bersekolah dan bekerja agar kita bisa lebih baik disaat dunia bersedih, harus lebih semangat menjalaninya.

Disetiap cobaan pasti ada kebahagiaan yang menyertainya, serta semoga harapan bisa terbang ke dunia lebih baik dari sekarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *